RASULULLOH SAW
SEBAGAI KHOOTAMANNABIYYIIN
Bapak-bapak dan ibu-ibu, serta semua peserta jalsah Wilayah Bali-Nusra yang berbahagia.
Bapak-bapak dan ibu-ibu, serta semua peserta jalsah Wilayah Bali-Nusra yang berbahagia.
Assalamu alaikum wr.wb.
Alhamdulillah wa syukrillah, dengan
karunia dan rahmat dari Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, pada hari
ini kita semua diberi taufik olehNya untuk dapat menghadiri JALSAH WILAYAH
BALI-NUSRA yang ke sekian kalinya di aula hotel yang ramah ini. Semoga setiap
derap langkah kita menuju tempat ini diberkati olehNya dan mendapat ganjaran
yang berlipat ganda. Amin.
Dalam pertemuan yang penuh berkat
ini saya yang amat lemah ini mendapat karunia dan diserahi tugas oleh panitia
Jalsah untuk menyampaikan ceramah yang temanya adalah RASULULLOH SAW SEBAGAI
KHOOTAMANNABIYYIIN.
Bila kita memperhatikan sejarah
kehidupan Rasululloh saw., maka selain makam khotamannabiyyin, ada makom-makom
lain yang dianugerhkan kepada beliau oleh Alloh swt sebagai bukti keagungan,
keluhuran, keistimewaan dan keunggulan beliau dari jajaran semua nabi-nabi dan
rasul lainnya yang pernah diutus oleh Alloh swt di tengah-tengah suatu kaum dan
bangsa di muka bumi di setiap zaman tertentu.
Sebagai misal, beliau mendapat
gelar sebagai ALAMIN yakni wujud yang paling jujur yang pernah ada sejak langit
dan bumi diciptakan. Begitu juga beliau digelari oleh Alloh swt dengan seorang
wujud yang memiliki akhlak YANG AGUNG
sebagaimana firmanNya dalam alQuranul Karim:WAINNAKA
LA’ALA KHULUQIN ‘AZHIIM.
Artinya: Wahai Muhammad engkau
adalah wujud yang memiliki akhlak yang AGUNG.
Di dalam hadits Qudsi juga Alloh
swt menyebut mengenai keutamaan Rasululloh saw. dari mahluk-mahluk lainnya,
firmanNya:
LOULAAKA
LAMAA KHOLAQTUL AFLAAQ
Artinya: Kalau bukan karena engkau
hai Muhammad Aku tidak akan ciptakan langit dan bumi ini.
Kemudian pada peristiwa Mi’raj
Rasululloh saw dari masjidil Haram ke Sidratul Muntaha disana Alloh memperlihatkan
keunggulan dan ketinggian derajat rasululloh saw bila dibandingkan dengan semua
nabi-nabi lainnya. Dalam peristiwa itu digambarkan bahwa semua nabi-nabi lainnya
hanya mencapai langit yang ke tujuh dari ketinggian derajat rohani dan qurub
Ilahi mereka,akan tetapi Rasululloh saw melampaui langit rohani yang ke tujuh
dan sampai di Sidratul Muntaha dan mencapai qurub Ilahi sedemikian rupa
dekatnya sampai menyatu dan melebur dengan wujud Alloh swt. Makom inilah yang
difirmankan ALLOH dalam surah Annajem ayat: 8 - 9
TSUMMA
DANAA FATADALLAA FAKAANA QOOBA QAUSAINI AU ADNAA.
Yang artinya: Kemudian ia (Rasululloh)
mendekat (kehdapan Alloh), maka Alloh pun turun seraya mendekati
rasululloh,maka terjadilah pertemuan dan penyatuan serta peleburan secara
ruhani, saking dekatnya pertemuan itu maka ia seibarat dua anak panah yang
dipersatukan. (Terjemah bebas)
Beberapa contoh di atas
menggambarkan KEUTAMAAN DAN KETINGGIAN RASULULLOH SAW dari para nabi dan rosul
semuanya.
Merujuk kepada contoh-contoh di
atas saya ingin mengatakan kepada hadirin dan hdirat sekalian yang sedang
menyimak uraian ini bahwa gelar KHOOTAMANNABIYYIIN
yang disandang oleh rasululloh saw juga mengisyaratkan betapa tinggi dan
luhurnya kedudukan rasululloh saw di pandangan Alloh swt
Sesuai dengan judul ceramah ini
ya’ni RASULULLOH SEBAGAI KHOOTAMANNABIYYIIN, marilah kita simak pembahasan
topik ini dengan mengacu kepada firman Alloh swt yang terdapat dalam surah
Alahzab ayat 40:
MAA
KAANA MUHAMMADUN ABAA AHADIM MIRRIJAALIKUM WALAAKIN RASUULALLOOHI
WAKHOOTAMANNABIYYIIN.
Yang artinya, Muhammad itu bukanlah
bapak dari salah seorang dari antara kamu melainkan rasul Alloh dan
khootamannabiyyiin.
Mengenai makna khotamannabiyyin ada
dua pengertian yang mengemuka dikalangan para ulama Islam dewasa ini.
1.
Yang memiliki pemahaman bahwa kata
khotam selain artinya penutup ada arti arti lain sesuai dengan konteks
kalimatnya dan kedudukannya dalam suatu kalimat tertentu. Pendapat ini adalah
dipegang oleh sahabat-sahabat nabi dan para
alim ulama terdahulu seperti Hz.
Aisyah r.a. dan rasululloh saw sendiri.
2.
Yang memiliki pemahaman bahwa kata
khotam hanya memiliki arti penutup saja. Pemahaman ini hanya dimiliki oleh
ulama masa kini dan kaum muslimin yang mendapat didikan dari mereka
Sebagaimana semua sahabat nabi dan
para ulama Islam meyakini bahwa rasululloh saw adalah Khootamannabiyyiin maka
pendiri jemaat Ahmadiyh Hz. Misza Ghulam Ahmad as juga meyakini rasululloh saw
sebagai khootamannabiyyiin. Marilah kita simak penyataan-pernyataan beliau,
diantaranya:
1. Fitnah yang dilontarkan kepadaku dan
jemaatku adalah bahwa kami tidak meyakini bahwa Rasululloh saw sebagai
khootamannabiyyiin adalah suatu kedustaan yang besar terhadap kami. Dengan keteguhan
iman, ma’rifat dan bashirat kami meyakini bahwa Rasululloh saw sebagai
khotamannabiyyin...(Alhakam 7 Maret 1905).
2. Di dalam Al-Quran Alloh swt memberikan
gelar kepada Rasululloh saw.KHOOTAMANNABIYYIN,
kemudian di dalam sabdanya Rasululloh saw menyatakan LAA NABIY YA BA’DI. Alloh swt telah menetapkan bahwa sesudah beliau
tidak akan datang nabi dari segi ma’na hakiki. (Kitab Bariyyah, Hal. 185).
3. Sesungguhnya nabi kita adalah
Khotamal Anbiya yang tidak ada nabi sesudahnya kecuali yang disinari dengan
sinarnya dan penzhahirannya merupakan penzhahiran dari bayangan Rasululloh saw.
(Al-istifta, Hal. 22), 1907).
4. Alloh mencintai orang yang menjadikan
al-Quran sebagai pedoman hidupnya yang harus diamalkan dan meyakini bahwa
nabiNya Muhammad saw adalah Khotamal Anbiya. (Casmah Ma’rifat , Hal.324, 1908).
5. Tuduhan yang dilontarkan kepadaku
adalah bahwasanya aku seolah-olah menda’wakan kenabiyan sedemikian rupa seperti
aku tidak ada sangkut pautnya dengan Islam, artinya aku menganggap diriku
sebagai nabi yang terpisah sehingga tidak perlu lagi mengikuti al-Quran,
membuat kalimah dan kiblat sendiri menyatakan syariat Islam mansukh dan tidak
mentaati Rasululloh saw. Tuduhan ini sama sekali tidak benar, bahkan penda’waan
seperti itu menurut hematku adalah sebuah pengingkaran. Aku menyatakan bahwa
diriku adalah nabi berdasarkan karunia yang dianugrahkan Tuhan dimana aku dapat
bercakap-cakap denganNya. Dia sangat sering berbicara dengan menurunkan
kalamNya kepadaku, menjawab kata-kataku, dan banyak sekali memperlihatkan
hal-hal gaib, membukakan tabir rahasia-rahasia masa yang akan datang dimana
manusia seumumnya tidak mendapatkan kedekatan yang khususus ini denganNya,
Kepada yang lain Dia tidak membukakan rahasia-rahasia itu. Oleh sebab inilah
Dia menamaiku nabi dalam arti nabi ummati (nabi pengikut) supaya nubuatan
jungjungan kita nabi Muhammad saw bahwa Isa yang akan datang itu dari umat
beliau dan bergelar nabi menjadi sempurna. Kalau tidak, harapan hampa serta
khayalan kosong akan menguasai manusia berkenaan dengan kedatangan nabi Isa as,
bagaimana bisa beliau menjadi ummati. Apakah setelah turun dari langit ia akan masuk Islam, lalu sejak itu nabi kita
tidak lagi menjadi Khotamannabiyyin? (Surat kabar Lahore, 26 Mei 1908).
Berdasarkan pernyataan-pernyataan
beliau tersebut, maka Jemaat Ahmadiyah dalam memahami dan menginterpretasikan
topik di atas tetap berada dalam koridor Islam yakni berdasarkan AlQuran suci
dan sabda-sabda Rasululloh saw dan para ulama mutaqoddimin dengan didukung oleh
pemahaman bahasa Arab baik geramatikal maupun kesusastraannya ketika membahas
masalah kedatangan Mahdi dan Masih yang dijanjikan dari kalangan umat beliau
saw yang dianugerahi gelar kenabian yaitu nabi ummati Rasululloh saw.
Latar Belakang Turunnya Ayat:
Ayat ini diturunkan pada tahun
kelima Hijrah dengan latar belakang menjawab tuduhan dan ejekan bahwa
Rasululloh saw adalah abtar (seorang yang tidak memiliki anak laki-laki dewasa/rijal). Dan kedua adalah
pernikahan beliau dengan siti Zainab ra yang merupakan janda dari Zaid ibnu
Harits ra, seorang pemuda yang dimerdekakan Rasululloh dan kemudian diambil
sebagai putera angkat beliau.
Di Mekah pada waktu itu semua putra
Rasululloh saw telah meninggal dunia semasa masih kanak-kanak. Musuh-musuh
beliau mengejeknya sebagai abtar yang maksudnya tidak memiliki pelanjut yang
akan melestarikan nama beliau. Mereka fikir cepat atau lambat Islam akan
berakhir dengan satu kesudahan (bahrul muhit). Alloh swt menjawab secara tegas
ejekan mereka seperti tertuang dalam surah al-Kautsar dimana Rasululloh saw
bukanlah seorang yang tidak berketurunan melainkan merekalah yang tidak
berketurunan..(Dikutif dari tulisan mln Qomarudin Sy dan Dendi Ahmad Daud Yang
di Posting di milis Muballighin).
lamjut baca ke: PIDATO MLN USMAN ANAS PADA JALSAH SALANAH BALI-NUSRA TANGGAL 10-12 FEBRUARI 2012 (bag II)
lamjut baca ke: PIDATO MLN USMAN ANAS PADA JALSAH SALANAH BALI-NUSRA TANGGAL 10-12 FEBRUARI 2012 (bag II)
0 komentar:
Posting Komentar