Sepuluh
tahun lalu, penulis bersama teman-teman SMA mengunjungi sebuah Panti
Asuhan di jalan Anuang nomor 112 Makassar. Panti asuhan itu cukup besar;
di sampingnya berdiri masjid dan kantor dalam satu kompleks. Baru-baru
ini, kompleks bangunan itu diserang oleh Forum Pembela Islam (FPI)
Makassar. Ya, di situlah Ahmadiyah Makassar bermarkas.
|
Anggota FPI mencoret bilboard Ahmadiyah (tribuntimur.com) |
|
Kerumunan di depan kompleks markas Ahmadiyah Makassar (desantara.org) |
Tiga
tahun lalu, ketika penulis bekerja di televisi lokal, seorang pemuda
datang untuk mengajukan kerja sama penyiaran. Dia mengaku dari
perwakilan Muslim TV, sebuah perusahaan televisi Islam internasional
yang berpusat di 16 Gressen Hall Road SW 18,5 QL London, Inggris. Dia
ingin memutar dokumentasi karya Muslim TV dengan membayar kompensasi
tertentu. Dia lalu memberikan contoh dokumentasinya dalam bentuk CD. Di
stiker CD itu tertera logo MTA, singkatan dari Muslim TV Ahmadiyah.
Dari
dua pengalaman tersebut, penulis berkesimpulan bahwa: (1) Ahmadiyyah
adalah organisasi internasional yang sudah lama berdiri dan besar, lebih
besar dari Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama; (2) Ahmadiyah adalah
organisasi yang digerakkan dengan dana besar. Kalau mereka tidak punya
dana besar, mana mungkin mereka mampu membuat production house televisi berskala internasional, bukan?
|
Masjid Ahmadiyah di Inggris (bloggertouch.appspot.com) |
Apa isi CD itu? CD
itu berisi profil Khalifatul Masih IV Ahmadiyyah, yaitu Mirza Tahir
Ahmad, saat berkunjung ke Indonesia bulan Juni tahun 2000 silam. Dia
sendiri sudah meninggal pada tahun 2003. Dalam kunjungan ke Indonesia
tersebut, dia bertemu dengan Amin Rais (ketua MPR RI), dia menjadi keynote speaker dalam
Seminar Islam di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dan dia menemui
para pengurus dan jema’at Ahmadiyah Indonesia. Selama beraktifitas di
Indonesia, sang Khalifatul Masih IV dan rombongannya dikawal oleh
polisi.
|
Mirza Tahir Ahmad, Khalifatul Masih IV Ahmadiyah (alislam.org) |
Dari
isi CD tersebut, penulis berkesimpulan bahwa: (1) Pemerintah Republik
Indonesia dan jajarannya (pejabat, polisi, dan lainnya) sudah lama
mengenal dan mengetahui Ahmadiyah, baik secara organisasi maupun
pergerakan; (2) cendikiawan muslim Indonesia juga sudah bergaul dengan
para ulama-ulama Ahmadiyah, salah satunya Amien Rais yang saat itu
menjabat sebagai Ketua Muhammadiyah, organisasi yang mengharamkan
Ahmadiyah.
*****
Mirza Ghulam Ahmad (pendiri Ahmadiyah)
menyatakan dirinya sebagai pemilik nafas Al Masih (cahaya) dan pewaris
tahta Imam Mahdi, Imam akhir zaman yang dijanjikan oleh Nabi Muhammad.
Makanya, pemimpin Ahmadiyah diberi gelar Khalifatul Masih yang berarti
pemimpin yang mewarisi nafas Al Masih (cahaya) dan pewaris tahta Imam
Mahdi, Imam akhir zaman.
|
Mirza Ghulam Ahmad dan pengikutnya |
Dalam
perkembangannya, setelah Mirza Ghulam Ahmad meninggal pada 1908,
Ahmadiyah sudah dipimpin lima orang Khalifatul Masih hingga hari ini:
Hakim Maulana Nuruddin (1908-1914), Alhaj Mirza Bashiruddin Mahmod Ahmad
(1914-1965), Hafiz Mirza Nasir Ahmad (1965-1982), Mirza Tahir Ahmad
(1982-2003), dan Mirza Masroor Ahmad (2003-sekarang). Setiap jema’at
Ahmadiyah wajib berba’iat setia mengikuti sang Khalifatul Masih. Saat
ini, sekira 150 juta orang yang tersebar di 174 negara di seluruh dunia
telah berbaiat setia kepada sang Khalifatul Masih. Berikut syair bai’at
setia yang penulis kutip dari isi CD MTA:
Oh cahaya tercinta; Pemilik nafas Al Masih
Pewaris Tahta Mahdi, Imam Zaman
Oh Penghulu, Oh Sang Dermawan, Penuntunku penuh kemurahan
Demi Tuhan kami, kami berbai’at setia kepadamu
Kau telah menjadi milik kami, kami telah menjadi milikmu
Dari
pemaparan di atas, penulis berharap pembaca secara sendirinya bisa
menilai Ahmadiyah, apakah berada di jalan yang lurus atau sesat?
-Oleh: Fachrul Khairuddin
0 komentar:
Posting Komentar