Dr. Abdus Salam – yang lahir di Pakistan, 29 Januari 1926 merupakan saintis Islam
terbesar dan ilmuwan muslim pertama yang mendapatkan hadiah Nobel
paling bergengsi di bidang fisika atom di tengah terpuruknya sains Islam
dalam lima abad terakhir – demikian pujian yang disematkan Harian Islam
Terbesar di Indonesia, Republika, untuk sosok Abdus Salam. Suatu hal
yang sangat beralasan dan membuat kita bangga sebagai seorang muslim
karena memiliki ilmuwan muslim seperti beliau. Tetapi apakah kebanggan
itu akan tetap ada jika ternyata Abdus Salam itu adalah seorang pengikut
Ahmadiyah? tulisan dibawah ini adalah ulasan dari Mike Ghouse tentang
sosok Abdus Salam yang justru tidak mendapatkan penghormatan yang
semestinya ia dapatkan hanya karena beliau seorang penganut Ahmadiyah.
Ulasan Hadiah Nobel dari kalangan Muslim: Dr. Abdus Salam
Oleh: Mike Ghouse
Adalah suatu hal yang memalukan dimana banyak orang Pakistan (saya
banyak berinteraksi dengan mereka) yang ‘dicekoki’ pemikiran oleh
pemerintah mereka bahwa orang ahmadiyah adalah bukan Islam.
Memalukan lagi, mereka bukan saja telah kehilangan kemerdekaan
berpolitik, namun mereka juga telah kehilangan akal. Sebagai seorang
muslim, saya kecewa bahwa Pemerintah Pakistan telah menghilangkan kata
“muslim” kepada pemenang nobel alm. Dr. Abdus Salam, yang merupakan satu
satunya warga Pakistan peraih nobel, bahkan menghapus kata “muslim”
pada batu nisan beliau. Sungguh hal yang sangat memalukan. Beliau adalah
kebanggan Negara Pakistan, namun tidak satupun menteri atau pejabat
Negara yang menghadiri pemakaman beliau. Saya membayangkan seandainya
beliau tinggal di Negara Amerika, pasti beliau akan mendapatkan segala
penghormatan yang pantas beliau terima.
Padahal orang Muslim yang sama setiap hari melafazkan bahwa Allah adalah penguasa hari pembalasan (maaliki yaumiddin,
pent), dan Allah sendiri yang menjadi hakim terhadap ibadah kita yang
dilakukan 17 sampai 51 kali sehari. Untuk apa? Sir Dr. Allama Muhammad
Iqbal, seorang ahli filsafat mungkin menulis syair untuk orang orang
tersebut “Untuk apa shalatmu jika kamu tidak bersungguh sunggguh
didalamnya?”
Kita tidak bisa begitu saja membuat streotif seluruh penduduk
berdasarkan penilaian terhadap pandangan beberapa orang yang tidak
toleran. Sebagaimana tidak ada gunanya silent majority kaum
Yahudi, Kristen, Muslim atau Hindu; dan orang Amerika, India, atau Cina,
mayoritas Muslim Pakistan yang tidak memiliki nyali untuk berbicara.
Kita harus mendorong orang orang baik untuk mulai bicara dan membawa
perubahan positip dimana tidak ada lagi orang Pakistan yang hidup dalam
ketakutan, ketidaknyamanan, atau ketakutan terhadap sesama orang
Pakistan.
Mereka tidak memiliki kemerdekaan untuk menandatangani Petisi Asia
Bibi; tidak memiliki keberanian untuk melangkah maju ke upacara
pemakaman Gubernur Taseer yang ingin mengakhiri hukum terhadap
penghujatan yang salah, dan mereka tidak memiliki keberanian untuk
bicara tentang isu-isu terhangat dan tahan dengan pemerintahan Zardari
Apa yang terjadi pada komunitas ini; yang seharusnya menghargai
keadilan diatas segalanya? mereka mendengarkan kisah-kisah para nabi dan
khalifah-khalifahnya, bagaimana mereka berdiri untuk hak-hak kaum
Yahudi, Kristen dan yang lainnya meskipun bertentangan dengan
teman-teman dan sanak saudara. Seorang muslim tidak bisa berprasangkan
dan menghakimi. Berapa banyak dari kita yang benar-benar memenuhi syarat
menjadi seorang Muslim?
Minggu ini menjadi “saksi” bagi ulang tahun ke 85 Dr. Salam. Semoga
Allah memberkahi beliau atas penelitian beliau mengenai “teori fisika
partikel elementer” yang bermanfaat bagi kemanusiaan, semoga Allah
memberikan keberanian pada orang orang Pakistan untuk memperjuangkan
keadilan bagi setiap orang Pakistan dalam mengikuti Nabi saw dan
Khulafaur Rasyidiin, dan memperlakukan setiap warga Pakistan pada
kedudukan yang sama tanpa memandang agama, keyakinan atau golongan.
Terj: Eva Hanifah
Editor: Jusman
Sumber : www.huffingtonpost.com
Editor: Jusman
Sumber : www.huffingtonpost.com
Untuk mengenal lebih lanjut sosok abdussalam silahkan "baca disini"
0 komentar:
Posting Komentar