Satu tahun yang lalu, pada 6 pebruari 2011, tiga orang pengikut Ahmadiyah di cikeusik, Indonesia dibunuh secara brutal.
Tubagus Chandra mubarak (34), terlahir sebagai Muslim Ahmadi yang
terus bertahan dengan istrinya yang sedang hamil. Para penyerang
menyerang beliau di dalam rumah misi Ahmadiyah dengan golok dan kemudian
menariknya dari ketinggian dan terus memukulinya. Ia kemudian
diturunkan dan mayat beliau selanjutnya dipukuli dan dimutilasi.
Ahmad Warsono (38) bergabung dengan Ahmadiyah pada tahun 2002. Beliau meninggalkan seorang istri dan empat anak. Para penyerang menyerangnya di dalam rumah misi Ahmadiyah dengan golok, parang dan tongkat. Mayatnya kemudian dibawa keluar dimana ia terus dipukuli tanpa ampun sementara polisi hanya menyaksikan.
Ahmad Warsono (38) bergabung dengan Ahmadiyah pada tahun 2002. Beliau meninggalkan seorang istri dan empat anak. Para penyerang menyerangnya di dalam rumah misi Ahmadiyah dengan golok, parang dan tongkat. Mayatnya kemudian dibawa keluar dimana ia terus dipukuli tanpa ampun sementara polisi hanya menyaksikan.
Roni patinasarani (35) bergabung ke dalam Ahmadiyah pada tahun 2008.
beliau meninggalkan seorang istri dan dua putri. Para penyerang
menyerang beliau dalam rumah misi dengan pisau parang dan tongkat.
Mayatnya kemudian dibawa keluar dimana ia terus dipukuli tanpa ampun
sementara polisi hanya menyaksikan.
Mereka adalah orang biasa, seperti anda dan saya – yang dibunuh hanya
karena keyakinan mereka akan kebenaran Almasih yang dijanjikan.
Pimpinan Spiritual Ahmadiyah Internasional Mirza Masroor Ahmad
mengatakan bahwa serangan tersebut telah mendustakan segala bentuk
kesusilaan dan dilakukan sedemikian rupa barbar sampai inisial mayat
warga ahmadiyah tidak bisa diidentifikasi. Beliau mengutip sebuah
laporan Asian Human Rights Commission yang menyatakan bahwa ulama di
indonesia dan pengkut mereka gagal dalam melihat sesuatu yang salah
dalam serangan itu. Beliau mengatakan:
“Hari ini ulama memutar kembali masa ribuan tahun yang lalu dalam melakukan tindakan kebiadaban dan mengatasnamakan semua kebejatan itu atas nama Islam dan memerintahkan para pengikutnya untuk melakukan hal yang sama. Orang-orang ini bahkan menanamkan ke hati anak-anak mereka begitu dalam sehingga ketika terjadi pembunuhan dan kekerasan anak-anak berdiri bertepuk tangan.”
Hadhrat Ahmad mengatan bahwa apa yang menyakitkan bagi beliau
dan semua muslim sejati adalah kebrutalan dan kekerasan seperti itu
dilakukan dengan mengatasnamakan pendiri suci Islam, Nabi Muhammad saw
yang mengajarkan cinta, kasih sayang dan rahmat sepanjang hidup beliau.
Beliau melanjutkan bahwa Muslim Ahmadi yang telah mengorbankan hidup
mereka sebagai syahid sejati merupakan bintang bersinar Ahmadiyah.
Beliau mengatakan bahwa para penentang Ahmadiyah, di dunia manapun
mereka berada, mereka bisa berusaha sekuat tenaga tetapi mereka tidak
akan pernah berhasil dalam melemahkan iman seorang Muslim Ahmadi.
Beliau lebih lanjut menyatakan:
“Ahmadi muslim tetap bersatu dan akan tetap demikian bukan hanya dalam iman mereka tetapi juga dalam kesetiaan mereka pada negara.
“Setiap Muslim Ahmadi, tidak peduli dimana dia tinggal, setia terhadap negaranya. Memang kita berjanji bahwa kita tidak akan pernah mengambil bagian dalam setiap tindakan dimana kesetiaan kita kepada negara bisa dipertanyakan. Sebagai bagian dari kesetiaan ini kita berdoa agar Allah dapat melepaskan bangsa kita dari cengkeraman orang-orang yang menindas.” (KAJ)
Sumber: Agama Islam
0 komentar:
Posting Komentar