Rabu, 29 Februari 2012

ADAKAH YANG SALAH DENGAN KEBERAGAMAN?

Sempat terlintas dalam benak kita, “mengapa harus ada keberagaman?”. Jawabann  ya sederhana saja. Tak mungkin sesuatu dikatakan tinggi jika tidak ada yang pendek. Tak mungkin ada yang dikatakan kuat jika tak ada yang lemah. Keberagaman atau perbedaan merupakan sesuatu yang lumrah dalam kehidupan masyarakat. Tak heran jika seseorang berbeda satu dengan lainnya. Entah itu berbeda sifat, sikap ataupun pemikiran. Tak perlu jauh - jauh melihat ke Negara lain, kita lihat saja Negara kita tercinta, Indonesia. Semboyan Negara Indonesia yang berbunyi, Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu jua) telah menyiratkan bahwa Indonesia memiliki keberagaman. Keberagaman tersebut berupa suku, agama, ras dan adat istiadat.

            Adanya keberagaman dalam kehidupan masyarakat menimbulkan warna – warni dalam kehidupan. Bayangkan saja jika semua yang kita lihat sama, semua yang kita pikirkan sama. Tak akan ada pertukaran pikiran, tak akan ada diskusi dan tak akan ada musyawarah untuk mencapai mufakat. Tak hanya itu, terkadang keberagaman menyeret kita pada situasi yang tak begitu baik. Katakanlah saja keberagaman membawa kita pada situasi sulit yang seharusnya tak pernah terjadi pada manusia sebagai makhluk yang berakal. Manusia diberikan akal dan pikiran yang mampu dijalankan dengan baik. Akal dan pikiran tersebut di produksi oleh otak dan diteruskan oleh saraf anggota badan. Keberadaan akal dan pikiran pun perlu ditunjang dengan perasaan dan naluri. Mengapa demikian? Karena kita sebagai manusia memiliki batasan – batasan yang disebut nilai dan norma.

            Akhir – akhir ini banyak peristiwa – peristiwa yang membuat hati kita miris melihatnya. Perlakuan yang melampaui batas kemanusiaan yang sepantasnya dikatakan kriminalitas marak terjadi atas dasar perbedaan paham dan keberagaman. Sebagai contoh kecil saja, anggota jemaat Ahmadiyah Indonesia yang sangat rutin menerima serangan – serangan baik fisik maupun mental dari sesamanya. Hal ini terjadi atas motif perbedaan paham mengenai Islam yang sampai sekarang diperselisihkan dan tak kunjung reda. Lalu, adakah yang salah dengan perbedaan? Bukankah perbedaan itu adalah rahmat? Pantaskah HAM diterobos dengan alasan perbedaan?

            Di media massa seperti surat kabar, televisi dan internet, telah beredar tayangan – tayangan kekerasan dan perbuatan anarkisme dari masyarakat anti – ahmadiyah yang bersikeras ingin membubarkan ahmadiyah. Anggota ahmadiyah diusir dari rumahnya sendiri, tempat tinggalnya sendiri yang secara hukum memang miliknya. Di kejar – kejar oleh amukan massa yang menyuarakan asma Allah di tengah – tengah kekerasannya. Lalu, dimanakah kedamaian yang selalu dijunjung tinggi oleh ajaran islam? Dimanakah letak ukhuwah islamiyah yang menjadi teladan dari Rasulullah, SAW? Dan dimanakah Hak Azasi Manusia yang seharusnya diperhatikan?

            Baru beberapa bulan yang lalu, terdengar kembali berita yang lagi – lagi membuat hati kita miris mendengarnya. Minggu, pukul 09.00 malam salah satu rumah warga ahmadiyah di kecamatan Sumbawa diserang massa. Satu keluarga tersebut di evakuasi dan menetap sementara di Polres Sumbawa besar. Rumah mereka dirusak dan dihancurkan. Terdengar pekikan asma Allah di sela – sela lemparan batu. Perbuatan yang sesungguhnya tidak mencerminkan ajaran islam yang cinta damai. Anggota ahmadiyah terseret lagi dalam satu ironi. Ironi yang tak kunjung berakhir. Patutkah mereka diperlakukan secara anarkis karena alasan perbedaan? Salahkah perbedaan? Kembali lagi ke semboyan Negara Indonesia yaitu , bhineka tunggal ika yang perlu kita renungkan bersama – sama. Dan penegakan HAM yang perlu kita perhatikan bersama. Warga Ahmadiyah Indonesia adalah warga Negara Indonesia yang berhak hidup dan menjalani kehidupan dengan baik. Perlu diberikan kewenangan untuk hidup normal dan berbaur dengan sesamanya. Bukannya malah memberikan tekanan – tekanan yang mengisyaratkan kebencian. Kini kita renungkan kembali, pernahkah kekerasan – kekerasan yang dilancarkan kepada warga Ahmadiyah berbalas kekerasan? Tidak pernah. Karena warga Ahmadiyah sangat menghargai perbedaan dan memegang teguh prinsip ‘LOVE FOR ALL HATRED FOR NONE’ (cinta untuk semua, kebencian tidak untuk seorangpun). Perbedaan yang terjadi tak perlu disalahkan karena perbedaan adalah rahmat. Rahmat yang diberikan Allah SWT kepada seluruh umat manusia agar kita sebagai manusia bisa menghargainya.

Oleh : Mumtazah Akhtar

Popular Posts

Tukeran Link

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons