Selasa, 20 Desember 2011

ISLAM Ahmadiyah di UK

SYIAR ISLAM DI EROPA 2/2

SYIAR ISLAM DI EROPA 1/2

Kisah Nabi Muhamad saw dan Para Sahabatnya

Dan orang-orang yang terdahulu; yang mula-mula dari orang-orang “Muhajirin” dan “Ansar” (berhijrah dan memberi bantuan), dan orang-orang yang menurut (jejak langkah) mereka dengan kebaikan (iman dan taat), Allah reda kepada mereka dan mereka pula reda kepada Nya, serta Dia menyediakan untuk mereka syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; itulah kemenangan yang besar. (Surah At-Taubah, Ayat 100)
  • Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w telah bersabda: "Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga saling menyayangi antara satu sama lain. Mahukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling menyayangi antara satu sama lain? Sebarkanlah salam sebanyak-banyaknya diantara kalian" - (Muslim)

Sifat-Sifat Nabi Muhammad SAW

Fizikal Nabi
Telah dikeluarkan oleh Ya'kub bin Sufyan Al-Faswi dari Al-Hasan bin Ali ra. katanya: Pernah aku menanyai pamanku (dari sebelah ibu) Hind bin Abu Halah, dan aku tahu baginda memang sangat pandai mensifatkan perilaku Rasulullah SAW, padahal aku ingin sekali untuk disifatkan kepadaku sesuatu dari sifat beliau yang dapat aku mencontohinya, maka dia berkata:

Adalah Rasulullah SAW itu seorang yang agung yang senantiasa diagungkan, wajahnya berseri-seri layak bulan di malam purnamanya, tingginya cukup tidak terialu ketara, juga tidak terlalu pendek, dadanya bidang, rambutnya selalu rapi antara lurus dan bergelombang, dan memanjang hingga ke tepi telinganya, lebat, warnanya hitam, dahinya luas, alisnya lentik halus terpisah di antara keduanya, yang bila baginda marah kelihatannya seperti bercantum, hidungnya mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya, janggutnya lebat, kedua belah matanya hitam, kedua pipinya lembut dan halus, mulutnya tebal, giginya putih bersih dan jarang-jarang, di dadanya tumbuh bulu-bulu yang halus, tengkuknya memanjang, berbentuk sederhana, berbadan besar lagi tegap, rata antara perutnya dan dadanya, luas dadanya, lebar antara kedua bahunya, tulang belakangnya besar, kulitnya bersih, antara dadanya dan pusatnya dipenuhi oleh bulu-bulu yang halus, pada kedua teteknya dan perutnya bersih dari bulu, sedang pada kedua lengannya dan bahunya dan di atas dadanya berbulu pula, lengannya panjang, telapak tangannya lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua tangan dan kakinya tebal berisi daging, panjang ujung jarinya, rongga telapak kakinya tidak menyentuh tanah apabila baginda berjalan, dan telapak kakinya lembut serta licin tidak ada lipatan, tinggi seolah-olah air sedang memancar daripadanya, bila diangkat kakinya diangkatnya dengan lembut (tidak seperti jalannya orang menyombongkan diri), melangkah satu-satu dan perlahan-lahan, langkahnya panjang-panjang seperti orang yang melangkah atas jurang, bila menoleh dengan semua badannya, pandangannya sering ke bumi, kelihatan baginda lebih banyak melihat ke arah bumi daripada melihat ke atas langit, jarang baginda memerhatikan sesuatu dengan terlalu lama, selalu berjalan beriringan dengan sahabat-sahabatnya, selalu memulakan salam kepada siapa yang ditemuinya.


Kebiasaan Nabi

Kataku pula: Sifatkanlah kepadaku mengenai kebiasaannya!Jawab pamanku: Adalah Rasulullah SAW itu kelihatannya seperti orang yang selalu bersedih, senantiasa banyak berfikir, tidak pernah beristirshat panjang, tidak berbicara bila tidak ada keperluan, banyak diamnya, memulakan bicara dan menghabiskannya dengan sepenuh mulutnva, kata-katanya penuh mutiara mauti manikam, satu-satu kalimatnya, tidak berlebih-lebihan atau berkurang-kurangan, lemah lembut tidak terlalu kasar atau menghina diri, senantiasa membesarkan nikmat walaupun kecil, tidak pernah mencela nikmat apa pun atau terlalu memujinya, tiada seorang dapat meredakan marahnya, apabila sesuatu dari kebenaran dihinakan sehingga dia dapat membelanya.

Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa baginda menjadi marah kerana sesuatu urusan dunia atau apa-apa yang bertalian dengannya, tetapi apabila baginda melihat kebenaran itu dihinakan, tiada seorang yang dapat melebihi marahnya, sehingga baginda dapat membela kerananya. Baginda tidak pernah marah untuk dirinya, atau membela sesuatu untuk kepentingan dirinya, bila mengisyarat diisyaratkan dengan semua telapak tangannya, dan bila baginda merasa takjub dibalikkan telapak tangannya, dan bila berbicara dikumpulkan tangannya dengan menumpukan telapak tangannya yang kanan pada ibu jari tangan kirinya, dan bila baginda marah baginda terus berpaling dari arah yang menyebabkan ia marah, dan bila baginda gembira dipejamkan matanya, kebanyakan ketawanya ialah dengan tersenyum, dan bila baginda ketawa, baginda ketawa seperti embun yang dingin.


Berkata Al-Hasan lagi: Semua sifat-sifat ini aku simpan dalam diriku lama juga. Kemudian aku berbicara mengenainya kepada Al-Husain bin Ali, dan aku dapati ianya sudah terlebih dahulu menanyakan pamanku tentang apa yang aku tanyakan itu. Dan dia juga telah menanyakan ayahku (Ali bin Abu Thalib ra.) tentang cara keluar baginda dan masuk baginda, tentang cara duduknya, malah tentang segala sesuatu mengenai Rasulullah SAW itu.


Rumah Nabi

Berkata Al-Hasan ra. lagi: Aku juga pernah menanyakan ayahku tentang masuknya Rasulullah SAW lalu dia menjawab: Masuknya ke dalam rumahnya bila sudah diizinkan khusus baginya, dan apabila baginda berada di dalam rumahnya dibagikan masanya tiga bagian. Satu bagian khusus untuk Allah ta'ala, satu bagian untuk isteri-isterinya, dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Kemudian dijadikan bagian untuk dirinya itu terpenuh dengan urusan di antaranya dengan manusia, dihabiskan waktunya itu untuk melayani semua orang yang awam maupun yang khusus, tiada seorang pun dibedakan dari yang lain.

Di antara tabiatnya ketika melayani ummat, baginda selalu memberikan perhatiannya kepada orang-orang yang terutama untuk dididiknya, dilayani mereka menurut kelebihan diri masing-masing dalam agama. Ada yang keperluannya satu ada yang dua, dan ada yang lebih dari itu, maka baginda akan duduk dengan mereka dan melayani semua urusan mereka yang berkaitan dengan diri mereka sendiri dan kepentingan ummat secara umum, coba menunjuki mereka apa yang perlu dan memberitahu mereka apa yang patut dilakukan untuk kepentingan semua orang dengan mengingatkan pula: "Hendaklah siapa yang hadir menyampaikan kepada siapa yang tidak hadir. Jangan lupa menyampaikan kepadaku keperluan orang yang tidak dapat menyampaikannya sendiri, sebab sesiapa yang menyampaikan keperluan orang yang tidak dapat menyampaikan keperluannya sendiri kepada seorang penguasa, niscaya Allah SWT akan menetapkan kedua tumitnya di hari kiamat", tiada disebutkan di situ hanya hal-hal yang seumpama itu saja.


Baginda tidak menerima dari bicara yang lain kecuali sesuatu untuk maslahat ummatnya. Mereka datang kepadanya sebagai orang-orang yang berziarah, namun mereka tiada meninggalkan tempat melainkan dengan berisi. Dalam riwayat lain mereka tiada berpisah melainkan sesudah mengumpul banyak faedah, dan mereka keluar dari majelisnya sebagai orang yang ahli dalam hal-ihwal agamanya.


Luaran Nabi

Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Kemudian saya bertanya tentang keadaannya di luar, dan apa yang dibuatnya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW ketika di luar, senantiasa mengunci lidahnya, kecuali jika memang ada kepentingan untuk ummatnya. Baginda selalu beramah-tamah kepada mereka, dan tidak kasar dalam bicaranya. Baginda senantiasa memuliakan ketua setiap suku dan kaum dan meletakkan masing-masing di tempatnya yang layak. Kadang-kadang baginda mengingatkan orang ramai, tetapi baginda senantiasa menjaga hati mereka agar tidak dinampakkan pada mereka selain mukanya yang manis dan akhlaknya yang mulia. Baginda selalu menanyakan sahabat-sahabatnya bila mereka tidak datang, dan selalu bertanyakan berita orang ramai dan apa yang ditanggunginya. Mana yang baik dipuji dan dianjurkan, dan mana yang buruk dicela dan dicegahkan.

Baginda senantiasa bersikap pertengahan dalam segala perkara, tidak banyak membantah, tidak pernah lalai supaya mereka juga tidak suka lalai atau menyeleweng, semua perkaranya baik dan terjaga, tidak pernah meremehkan atau menyeleweng dari kebenaran, orang-orang yang senantiasa mendampinginya ialah orang-orang paling baik kelakuannya, yang dipandang utama di sampingnya, yang paling banyak dapat memberi nasihat, yang paling tinggi kedudukannya, yang paling bersedia untuk berkorban dan membantu dalam apa keadaan sekalipun.


Majlis Nabi

Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya lalu bertanya pula tentang majelis Nabi SAW dan bagaimana caranya ? Jawabnya: Bahwa Rasulullah SAW tidak duduk dalam sesuatu majelis, atau bangun daripadanya, melainkan baginda berzikir kepada Allah SWT baginda tidak pernah memilih tempat yang tertentu, dan melarang orang meminta ditempatkan di suatu tempat yang tertentu. Apabila baginda sampai kepada sesuatu tempat, di situlah baginda duduk sehingga selesai majelis itu dan baginda menyuruh membuat seperti itu. Bila berhadapan dengan orang ramai diberikan pandangannya kepada semua orang dengan sama rata, sehingga orang-orang yang berada di majelisnya itu merasa tiada seorang pun yang diberikan penghormatan lebih darinya. Bila ada orang yang datang kepadanya kerana sesuatu keperluan, atau sesuatu masliahat, baginda terus melayaninya dengan penuh kesabaran hinggalah orang itu bangun dan kembali.

Baginda tidak pernah menghampakan orang yang meminta daripadanya sesuatu keperluan, jika ada diberikan kepadanya, dan jika tidak ada dijawabnya dengan kata-kata yang tidak mengecewakan hatinya. Budipekertinya sangat baik, dan perilakunya sungguh bijak. Baginda dianggap semua orang seperti ayah, dan mereka dipandang di sisinya semuanya sama dalam hal kebenaran, tidak berat sebelah. Majelisnya semuanya ramah-tamah, segan-silu, sabar menunggu, amanah, tidak pemah terdengar suara yang tinggi, tidak dibuat padanya segala yang dilarangi, tidak disebut yang jijik dan buruk, semua orang sama kecuali dengan kelebihan taqwa, semuanya merendah diri, yang tua dihormati yang muda, dan yang muda dirahmati yang tua, yang perlu selalu diutamakan, yang asing selalu didahulukan.


Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya pun lalu menanyakan tentang kelakuan Rasulullah SAW pada orang-orang yang selalu duduk-duduk bersama-sama dengannya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW selalu periang orangnya, pekertinya mudah dilayan, seialu berlemah-lembut, tidak keras atau bengis, tidak kasar atau suka berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor, tidak banyak bergurau atau beromong kosong segera melupakan apa yang tiada disukainya, tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadanya, tidak suka menjadikan orang berputus asa. Sangat jelas dalam perilakunya tiga perkara yang berikut. Baginda tidak suka mencela orang dan memburukkannya. Baginda tidak suka mencari-cari keaiban orang dan tidak berbicara mengenai seseorang kecuali yang mendatangkan faedah dan menghasilkan pahala.


Apabila baginda berbicara, semua orang yang berada dalam majelisnya memperhatikannya dengan tekun seolah-olah burung sedang tertengger di atas kepala mereka. Bila baginda berhenti berbicara, mereka baru mula berbicara, dan bila dia berbicara pula, semua mereka berdiam seribu basa. Mereka tidak pernah bertengkar di hadapannya. Baginda tertawa bila dilihatnya mereka tertawa, dan baginda merasa takjub bila mereka merasa takjub. Baginda selalu bersabar bila didatangi orang badwi yang seringkali bersifat kasar dan suka mendesak ketika meminta sesuatu daripadanya tanpa mahu mengalah atau menunggu, sehingga terkadang para sahabatnya merasa jengkel dan kurang senang, tetapi baginda tetap menyabarkan mereka dengan berkata: "Jika kamu dapati seseorang yang perlu datang, hendaklah kamu menolongnya dan jangan menghardiknya!". Baginda juga tidak mengharapkan pujian daripada siapa yang ditolongnya, dan kalau mereka mau memujinya pun, baginda tidak menggalakkan untuk berbuat begitu. Baginda tidak pernah memotong bicara sesiapa pun sehingga orang itu habis berbicara, lalu barulah baginda berbicara, atau baginda menjauh dari tempat itu.


Diamnya Nabi

Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Saya pun menanyakan pula tentang diamnya, bagaimana pula keadaannya? Jawabnya: Diam Rasulullah SAW bergantung kepada mempertimbangkan empat hal, yaitu: Kerana adab sopan santun, kerana berhati-hati, kerana mempertimbangkan sesuatu di antara manusia, dan kerana bertafakkur. Adapun sebab pertimbangannya ialah kerana persamaannya dalam pandangan dan pendengaran di antara manusia. Adapun tentang tafakkurnya ialah pada apa yang kekal dan yang binasa. Dan terkumpul pula dalam peribadinya sifat-sifat kesantunan dan kesabaran. Tidak ada sesuatu yang boleh menyebabkan dia menjadi marah, ataupun menjadikannya membenci. Dan terkumpul dalam peribadinya sifat berhati-hati dalam empat perkara, iaitu: Suka membuat yang baik-baik dan melaksanakannya untuk kepentingan ummat dalam hal-ehwal mereka yang berkaitan dengan dunia mahupun akhirat, agar dapat dicontohi oleh yang lain. Baginda meninggalkan yang buruk, agar dijauhi dan tidak dibuat oleh yang lain. Bersungguh-sungguh mencari jalan yang baik untuk maslahat ummatnya, dan melakukan apa yang dapat mendatangkan manfaat buat ummatnya, baik buat dunia ataupun buat akhirat.

(Nukilan Thabarani - Majma'uz-Zawa'id 8:275)

Rasulullah saw. Adalah Dokter Terbaik

Berbicara tentang kesehatan selalu tidak lepas dengan peran ahli kesehatan. Jika dahulu kita mengenal adanya tabib maka kini profesi itu sudah melekat pada dokter. Secara teori, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Siti Nafsiah, 2000). Namun kesehatan menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing orang karena dalam Islam telah ditekankan pentingnya menjaga kesehatan sebagai bagian dari ibadah.
Bahkan, kesehatan pun menjadi tanggung jawab pemerintah sesuai dengan Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan yang menyebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk. Tanggung jawab ini saling bersinergi demi terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah, dan juga pihak swasta secara bersama-sama. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Dan kesehatan pun merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum (UU RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran).
Dr. Zaidul Akbar telah membagi konsep pengobatan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu pengobatan konvensional (rekayasa manusia), pengobatan alami (interaksi manusia dengan alam), dan pengobatan nabi (diturunkan dari Sang Maha). Pengobatan konvensional sudah kita ketahui bersama, pasti menggunakan jasa dokter, dan peran dokter yang sebenarnya adalah sebuah profesi yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, dan kode etik yang bersifat melayani masyarakat. Mereka harus menyadari bahwa kesehatan adalah bagian dari hak asasi manusia yang harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat.
Namun, di luar konteks kesehatan dan profesi kedokteran di atas, Rasulullah saw. adalah dokter terbaik dan pelaku kesehatan yang patut diteladani. Rasulullah saw. adalah manusia yang sempurna dari sisi kesehatan jasmani maupun rohani.  Rasulullah saw. adalah manusia yang paling sehat dan hanya mengalami sakit 2 (dua) kali saja, yaitu ketika beliau diracun oleh seorang Yahudi dan menjelang kematiannya. Rasulullah saw. adalah manusia yang tidak pernah meminum obat-obatan sintetik dan tidak pernah pergi berobat, kecuali hanya menjalani bekam.
Apa rahasia beliau hingga bisa menjadi manusia paripurna dari sisi kesehatan? Rahasia hidup sehat Rasulullah saw. ternyata terletak pada POLA HIDUP, POLA MAKAN, dan SIKAP. Ketiga rahasia itu telah menyatu dalam diri beliau sehingga kesehatan tubuhnya pun terjaga sepanjang hidupnya. Dan yang paling sederhana dari semua rahasia itu terletak pada bibir beliau. Sebuah senyuman. Tingkatan yang lebih tinggi lagi adalah tertawa. Perlu diketahui bahwa hanya dengan satu menit tertawa, kamu akan memperoleh manfaat yang sama dengan 45 menit berolahraga mengeluarkan keringat. Tertawa alami, tertawa disengaja, atau dipaksa tertawa juga mempunyai efek yang sama.
Kamu boleh terkejut, berdasarkan penelitian para ahli kesehatan, tertawa itu akan memberikan efek yang luar biasa. Beberapa diantaranya adalah melancarkan aliran darah, mengurangi resiko penyakit jantung, meningkatkan daya tahan tubuh, menghasilkan hormon endorfin sebagai obat penenang alami, memijat paru-paru dan jantung, menurunkan stres, meningkatkan kadar oksigen (O2) dalam darah, mengkontraksikan 80 titik saraf, melemaskan otot-otot, meringankan konstipasi, dan menurunkan tekanan darah.
Itu baru tersenyum dan tertawa. Dari pola tidur Rasulullah saw. pun diketahui bahwa beliau selalu tidur di awal malam dan bangun pada dua pertiga malam. Posisi beliau tidur pun selalu miring ke kanan dan tidak pernah tidur dalam keadaan kenyang. Beliau pun bahkan cenderung berwudhu terlebih dahulu sebelum tidur. Apa yang dilakukan Rasulullah saw. ketika tidur itu jelas sangat berpengaruh pada kesehatannya. Begitupula dengan berwudhu secara sempurna. Penelitian di Universitas Alexandria oleh dr. Musthafa Syahatah, salah seorang dekan Fakultas THT, menunjukkan bahwa jumlah kuman pada orang yang berwudhu lebih sedikit dari pada orang yang tidak berwudhu.
Masih banyak lagi kebiasaan Rasulullah saw. yang berefek pada kesehatannya. Beberapa diantaranya adalah bersiwak (yang dapat mencegah caries dan berefek ke beberapa organ penting seperti jantung, serta mampu meningkatkan fungsi pencernaan yang akan berdampak pada kesehatan organ pencernaan), mencukur bulu kemaluan karena di sanalah parasit Sarcoptes scabei akan berkembang biak, atau memotong kuku. Bukankah sunnah fitrah yang diajarkan Islam itu ada 5 (lima), yaitu khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan memendekkan kumis (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Daud, Ibnu Majah, Imam Ahmad, dan Imam Malik)?
Untuk itu, marilah menjalankan pola hidup sehat dan terus menjaga kesehatan kita.[]

Tafsir lain Khaataman Nabiyyin


Al Qur’an dikatakan sebagai mukjizat karena dalam satu kalimatnya saja bisa banyak mengandung arti (Khazanah), dan ini memang merupakan keistimewaan kalam Tuhan yang dengan bahasa Arab Al Quran diwahyukan. Dalam kitab Al Itqan buah karya Sayuthi dinyatakan bahwa hal satu kalimat mengandung banyak arti adalah semacam mukjizat bagi Al Quran. Tertulis juga bahwa sebagian ulama berkata bahwa tiap ayat mempunyai enam puluh ribu arti (Al Itqan, Juz 2, bagian 77).

Oleh karena itu Al Quran membuka diri terhadap beragam penafsiran dan tiada habis khazanah-khazanah baru muncul sesuai kemajuan dan kebutuhan zaman, dan berbeda dalam hal penafsiran tidak serta merta mengakibatkan seseorang disebut kafir sebagaimana dinyatakan oleh ulama salaf seperti Imam Al Khattabi dalam kitabnya Syawahidul Haqqi. Apalagi jika penafsirannya sesuai dengan tata bahasa Arab, Allamah Ibnu Daqiqil ‘Ied menyatakan bahwa jika takwil itu dekat dengan bahasa Arab maka ia tidak bisa dimungkiri (Tafsir Ruhul Ma’ani, Juz 3, h, 78).

Dalam tata bahasa Arab, kata Khaatam jika digandeng dengan kata jamak maka artinya bukan lagi terakhir atau penutup melainkan yang paling sempurna, paling afdhal.

Berikut beberapa contoh penggunaan kata Khaatam yang digandengkan dengan kata jamak dan berarti kesempurnaan, kemuliaan, atau ke-afdhal-an :

"Abu Tammam itu khaatamusy syu'araa (khaatamnya para penyair - Penyair yg paling afdol/baik)" (wafayatul A'yan).

"Imam Syafi'i itu Khaatamul Auliya (Khaatamnya para Aulia/wali)" (At-Tuhfah Al Saniyyah). Maksud nya adalah Imam Syafi'i diakui sebagai Wali yang terbaik di masanya. Setelah beliau wafat masih ada wali-wali termasuk di Indonesia.
"Syekh Muhammad Abduh itu Khaatamul 'aimmah (Khaatamnya para Imam)" (Tafsir Fatihah). Beliau diakui sebagai Imam yang afdhal.
"Ibnu Hajar Al Asqalani Khaatimatul huffadz (khaatimahnya para penghafal)" (Thabqat Al Mudallisin). Beliau dihargai sebagai seorang haffidz yang afdhal.
Kini pertanyaannya adalah apakah ada Ulama Salaf yang menafsirkan kalimat “Khaataman Nabiyyin” dalam Al Qur’an dengan mengikuti kaidah tata bahasa Arab di atas? Mengingat tafsir yang dipopulerkan oleh para Ulama saat ini terhadap kalimat Khaataman Nabiyyin yang didasarkan atas klaim ijma’ seluruh Ulama adalah penutup para Nabi dalam arti tiada lagi akan ada Nabi yang diutus oleh Allah SWT.

Berikut adalah penafsiran dari beberapa Ulama Salaf :

Umayyah bin Abi Salt dlm Kitab Diwan hal 24 menulis mengenai Khaataman nabiyin : "Dengannya (Rasulullah saw) telah dicap/stempel para nabi sebelum maupun sesudahnya".

Abu Ubaidah (wafat 209 H) ketika mengomentari Khair Al Khawatim dlm Naqa'id ibn Jarir dan Faradzaq tentang rasulullahsaw sebagai khaataman nabiyyin : "Nabi saw adalah Khaatam al Anbiya, yaitu sebaik-baik para nabi".

Abu Riyash Ahmad Ibrahim Al Qaisi (wafat 339 H) dlm mengomentari kitab Hasyimiyyat karangan Al Kumait berkata : "Barang siapa mengatakan Khaatim al anbiya, maka ia adalah dengannya para nabi di cap/stempel, dan barang siapa yg mengatakan Khaatam al anbiya, maka ia adalah sebaik-baik para nabi. Dikatakan" Fulan khaatam kaumnya", yakni ia adalah terbaik dari antara mereka".

Allamah Al Zarqani menulis dlm Syarah Al Mawahib Al Laduniyah Juz III, hal 163, bahwa jika khatam dibaca dengan baris di atas ta sebagaimana tersebut dlm Al Qur'an (al ahzab 40), maka artinya : "sebaik-baik para nabi dlm hal kejadian dan dalam hal akhlak".

Imam Mulla Ali al Qari menulis dlm kitabnya Al Maudhu'at hal.59 tentang Khaatam Al Nabiyyin : "Tidak akan datang lagi sembarang nabi yg akan memansukhkan agama Islam dan yg bukan dari umat beliau".

Syekh Abdul Qadir Al Jaelani r.a. dlm Kitab " Al Insanul Kamil" cetakan Mesir, bab 33, hal 76 menulis : "Kenabian yg mengandung sya'riat baru sudah putus. Nabi Muhammad adalah "Khaataman nabiyyin", ialah karena beliau telah membawa syari'at yg sudah sempurna dan tiada ada seorang Nabi pun dahulunya yg membawa syariat yg begitu sempurna".

Ibnu Khuldun telah menulis dalam mukadimah tarikh-nya hal 271 : "Bahwa ulama-ulama Tasawuf mengartikan "Khaataman Nabiyyin" begini; yakni Nabi yg sudah mendapat kenabian yg sempurna dalam segala hal".

Syekh Abdul Qadir Al Karostistani r.a. menulis : " Adanya beliau saw Khaataman nabiyyin maknanya ialah sesudah beliau tidak akan ada nabi diutus dengan membawa syariat lain". (Taqribul Muram, jld 2, hal 233).

Hazrat Sufi Muhyidin Ibn Arabi menulis : "Nubuwat dan Risalah Tasyri'i ( pembawa Syariat) telah tertutup, oleh karena itu sesudah Rasulullah saw tidak akan ada lagi Nabi pembawa/penyandang Syari'at....kecuali demi kasih sayang Allah untuk mereka akan diberlakukan Nubuwat umum yg tidak membawa syariat" (Fushushul Hakam, hal 140-141). Lagi beliau menulis dalam Futuhat al makiyyah Juz 2 : " Berkata ia : Yakni tidak ada Nabi sesudahku yg berada pada syariat yg menyalahi syariatku , Sebaliknya apabila nanti ada (Nabi) maka ia akan berada di bawah kekuasaan syariatku".

Syekh Muhammad Thahir Gujarati menulis : "Sesungguhnya yg beliau kehendaki ialah tidak ada Nabi yg mengganti syari'at beliau". (Takmilah Majma'il Bihar, hal 85).

Siti Aisyah r.a. bersabda : "Hai, orang-orang kalian boleh mengatakan Khaatamul anbiya, tapi jangan mengatakan setelah beliau tidak ada lagi nabi". (Tafsir Darul Mantsur Imam As Suyuthi, Jld V, hal.204)

Hz. Abdul Wahab Sya'rani (Wafat 976H) menulis : "Ketahuilah bahwa kenabian mutlak tidak tertutup, hanya kenabian syar'i (yg membawa syariat) yg telah tutup". (Al Yawaqit wal Jawahir, jld 2,h.35)

Dari keterangan di atas maka bisa disimpulkan bahwa penafsiran Khaataman Nabiyyin sebagai Penutup Kenabian (jenis apapun) bukanlah satu-satunya penafsiran. Para penafsiran Ulama Salaf di atas menerangkan bahwa :

1. Khaatamun Nabiyyin adalah pangkat / derajat kenabian tertinggi (tersempurna) yang dikaruniai oleh Allah SWT kepada Rasulullah Muhammad saw.
2. Kesempurnaan ini juga terkait dengan nikmat syariat yang beliau bawa yaitu Islam.
3. Tidak ada Nabi lagi yang akan datang yang akan melampaui atau bahkan membatalkan kesempurnaan derajat dan syariat beliau (Beliau saw penutup Kenabian Syar’i).
4. Tidak semua jenis kenabian tertutup, hanya kenabian yang membawa syariat yang tertutup.
5. Jika ada Nabi yang datang maka akan tunduk dalam syariat Islam dan berasal dari umatnya.

Keagungan & Kerendahan Hati Rasulullah saw


Kedua nama Nabi Suci s.a.w. yang berberkat yaitu Muhammad dan Ahmad memiliki dua keunggulan yang berbeda. Muhammad mengandung arti yang amat dipuji dan menggambarkan keagungan dan kebesaran serta menyiratkan seseorang yang dicintai karena hanya yang dicintailah yang selalu dipuji-puji. Adapun kata Ahmad menyiratkan seseorang yang mencintai karena merupakan bagian dari seorang pencinta untuk memuji dan ia selalu memuji sosok yang dikasihinya. Jika Muhammad menggambarkan keagungan dan kebesaran maka Ahmad menggambarkan kerendahan hati.

Kehidupan beliau sebagai seorang Nabi terbagi dalam dua bagian, sebagian dihabiskan di Mekah untuk jangka waktu tigabelas tahun dan sebagian lainnya di Medina yang memakan waktu sepuluh tahun. Kehidupan beliau di Mekah menggambarkan segi nama Ahmad dari sosok beliau. Jangka waktu tersebut banyak dihabiskan dalam meratap dan memohon pertolongan di dalam doa. Barangsiapa yang memahami periode kehidupan Mekah dari beliau tentunya mengetahui betapa ratapan dan permohonan doa yang dilakukan beliau saat itu yang tidak ada padanannya pada pencinta lain yang sedang mencari kekasihnya. Ratapan beliau bukanlah untuk dirinya pribadi tetapi karena kesadaran beliau akan kondisi dunia pada saat itu. Zaman itu penyembahan Allah s.w.t. telah sirna sedangkan Dia telah menanamkan keimanan dalam jiwa beliau yang memberikan kegembiraan dan kesukaan. Dengan sendirinya beliau ingin menyampaikan kegembiraan dan kasih ini kepada dunia, namun ketika beliau menyadari kondisi daripada dunia serta kemampuan dan fitrat manusia saat itu maka beliau menghadapi rintangan yang amat besar. Beliau menangisi kondisi dunia ini sedemikian rupa sehingga nyawa beliau pun terancam. Hal ini diindikasikan dalam ayat:

“Boleh jadi engkau akan membinasakan dirimu sendiri dari dukacita karena mereka tidak mau beriman”. (S.26 Asy-Syuara:4).

Periode ini merupakan kehidupan berdoa beliau dan menjadi manifestasi dari nama beliau sebagai Ahmad. Setelah itu beliau mengkonsentrasikan diri secara agung dan konsentrasi ini menunjukkan efeknya pada kehidupan beliau di Medina ketika signifikasi nama Muhammad diungkapkan sebagaimana dinyatakan dalam ayat:

“Mereka itu berdoa untuk kemenangan dan binasalah setiap musuh kebenaran yang merajalela lagi keras kepala itu”. (S.14 Ibrahim:16).(Malfuzat, vol. II, hal. 178-179).* * *

Mereka yang terbiasa dengan cara pengungkapan dalam Al-Qur’an umumnya mengetahui bahwa kadang-kadang yang Maha Agung dan Maha Pengasih menggunakan ekspresi yang kelihatannya seperti merendahkan hamba-Nya yang khusus padahal konteksnya menggambarkan pujian yang tinggi. Sebagaimana difirmankan Allah s.w.t. mengenai Hadzrat Rasulullah s.a.w. bahwa:

“Dia dapati engkau dalam keadaan hilang dan Dia memberi engkau petunjuk”. (S.93 Adh-Dhuha:8).

Arti kata “Dhall”. pada dasarnya berarti seseorang yang salah jalan atau tersesat sehingga arti harfiah dari ayat tersebut adalah “Tuhan mendapati engkau dalam keadaan tidak tahu jalan lalu Dia menunjuki”. padahal nyatanya Hadzrat Rasulullah s.a.w. tidak pernah salah jalan atau tersesat. Seorang Muslim yang mempercayai bahwa kapan pun dalam hidup Hadzrat Rasulullah s.a.w. beliau itu pernah tersesat adalah seorang kafir yang tidak beriman dan patut dihukum. Konteks daripada ayat itu bermaksud:

“Tidakkah Dia mendapati engkau yatim lalu Dia memelihara engkau, dan Dia mendapati engkau sirna dalam kecintaan kepada Wujud-Nya dan Dia menarik engkau kepada-Nya, dan Dia mendapati diri engkau berkekurangan lalu Dia memperkaya engkau”. (S.93 Adh-Dhuha:7-9).(Ayena Kamalati Islam, Qadian, Riyadh Hind Press, 1893; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 5, hal. 170-171, London, 1984).

AHMADIYAH SELAYANG PANDANG



Louis J. Hammann Ph.D.
Professor of Religion
Gettysburg College
May 15 1985
Published by :The Ahmadiyya Movement in Islam Inc.

2141 Leroy Place, N. W. Washington DC 20008 

KATA PENGANTAR
Brosur ini terdiri dari apa yang disampaikan oleh Profesor Louis J. Hammann pada Konferensi Tahunan American Academy of Religions yang diselenggarakan di Canton Upper State New York dan pada seminar di Universitas Pennsylvania, Philadelphia.
Profesor Hammann adalah seorang sarjana terkemuka dalam ilmu perbandingan agama; saat ini ia adalah seorang pengajar ilmu agama di Gettysburg College. Ia mendapatkan gelar sarjana dari universitas Yale, Pennsylvania State dan Temple. Seorang anggota perkumpulan Kristen (anti peperangan dan persumpahan) kolega dari Friend’s Meeting di Gettysburg College. Ia juga bergabung dengan United Church of Christ (Persekutuan Gereja Kristus).
Dalam mencari tahu mengenai Ahmadiyah, pada tahun 1983 ia datang ke markas pusat internasional Jemaah Islam Ahmadiyah di Qadian dan Rabwah. Ia telah mempelajari dengan seksama mengenai Ahmadiyah dan pendirinya Hazrat Mirza Ghulam Ahmad.
Ia telah mempelajari dengan mendalam dan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan rumit dengan cara yang sangat gamblang. Hal itu menunjukkan bahwa Tuhan telah memberikan ia kemampuan yang baik untuk menjelaskan apa yang dipelajarinya. Itu adalah pekerjaan yang paling mengesankan yang pernah ditulis dengan sikap netral, jujur dan adil oleh seseorang yang meneliti Ahmadiyah.

Sheikh Mubarak Ahmed
Amir and Rais-ut-Tabligh, USA
Washington, DC
July 10 1985



Pendahuluan
Ahmadiyah adalah, sebagaimana kita katakan, suatu sekte messiah dalam Islam. Untuk menghindari apa yang saya sebut sebagai "cold bath syndrome" saya akan buat kata pendahuluan dengan singkat. Pendahuluan seperti ini mungkin dapat menghindari keterkejutan dan kebingungan yang dapat mengantarkan kita kepada asingnya dunia Islam di abad sembilan belas.
Saya tidak memiliki gagasan berapa banyak diantara para pembaca yang pernah mendengar tentang Jemaat Islam Ahmadiyah. Kita akan lihat sedikit nanti dimana seorang Muslim yang shaleh, tinggal di Punjab, pada tahun 1889 mendakwakan diri bahwa ia adalah Mahdi dan Al-Masih. Ini adalah titik perhatian utama, dimana kita kembali ke tahun 1876 Mirza Ghulam Ahmad mendapatkan wahyu ketika ia berusia 41 tahun, Saat yang dramatis itu, seseorang dengan kepribadian yang shaleh telah meraih suatu taraf kesadaran diri (self-realization). Sejak itu sampai waktu kewafatannya di tahun 1908, Hz.Ahmad adalah seorang manusia dengan daya kenabian yang membawa pengikutnya kepada apa yang dapat dirasakan sebagai kebangkitan kembali Islam.
Ahmadiyah adalah gerakan pertablighan yang telah memiliki 10 juta pengikut mulai dari Indonesia dan Malaysia sampai ke Pakistan dan Afrika tengah dan Afrika barat serta Amerika. Saat ini, struktur organisasinya dipusatkan di Pakistan tengah, di kota Rabwah. Pemimpin gerakan ini sekarang adalah yang ke empat setelah wafatnya Masih Mau’ud (Al-Masih yang dijanjikan). Ia adalah Mirza Tahir Ahmad, salah satu cucu dari pendiri Ahmadiyah. Di awal tahun 1985, Huzur – panggilan sayang bagi Mirza Tahir Ahmad, pindah ke London sewaktu tekanan mulai mencapai puncaknya kepada Jemaat Ahmadiyah di Pakistan.
Landasan hukum bagi siasat pemerintah (untuk melakukan tekanan) adalah pertama kalinya dengan cara mengamandemen konstitusi yang diumumkan secara resmi tahun 1974, yaitu menyatakan orang-orang Ahmadi sebagai "non-Muslim". Baru-baru ini di bulan April tahun 1984, pemerintah menetapkan suatu peraturan yang menyatakan bahwa kaum Ahmadi, dibawah ancaman hukuman, dilarang, secara langsung atau tidak langsung, untuk menyebut diri mereka sebagai Muslim atau menyebut mesjid sebagai tempat ibadahnya atau menggunakan Azan sebagaimana kaum Muslim menggunakannya untuk tujuan panggilan sembahyang. Kaum Ahmadi tidak boleh menyebarkan : dengan perkataan atau dengan menulis atau dengan mengatas-namakan agama mereka dengan maksud untuk mengajak orang lain (bergabung dengan Ahmadiyah). Mereka juga dilarang menggunakan istilah atau sebutan seperti yang dialamatkan kepada Nabi Muhammad atau ahlul bayt (keluarga)-nya untuk anggota masyarakat Ahmadi atau untuk orang lain.
John Esposito telah mempersiapkan sebuah buku berjudul Suara Kebangkitan Islam (Voices of Resurgent Islam). Buku ini dan buku-buku lainnya bermaksud memperlihatkan Islam sebagai suatu agama dengan energi baru dan sebagai suatu agama yang tidak lagi layak, jika itu pernah terjadi, memberi gambaran klise dari kekerasan yang tidak masuk akal dari perampok ‘padang pasir’. Sebagai pengganti dari penyederhanaan seperti itu, kita harus mencoba untuk mengerti bahwa Islam paling tidak memiliki fenomena kerumitan yang sama dengan agama Kristen. Agama yang berakar dalam Al-Quran dibungkus oleh penyederhanaan-penyederhanaan seperti itu adalah jelas tidak tepat. Tetapi bagaimana kita mengubah pola pikiran kita sebagai pengamat, ilmuwan dan pengajar dalam konteks ini untuk mampu memahami keragaman pengalaman beragama yang mempersatukan komunitas manusia ? Kita harus masuk ke dalam tradisi sejarah agama-agama, tapi kita juga harus membiasakan diri kita kepada kenyataan yang sekarang ada pada mereka.
Ahmadiyah adalah, jika ini adalah motivasi kita, layak untuk dicermati. Melalui Ahmadiyah kita mungkin lebih dekat kepada Islam sebagai suatu fenomena sejarah dan sebagai kenyataan yang ada masa kini. Ahmadiyah memiliki keuntungan karena terdokumentasi dengan baik. Para pengikutnya berkeinginan dan mampu untuk menampilkan pergerakan ini sebagai suatu pengalaman pribadi dan sebagai suatu yang bersejarah. Mereka juga diyakinkan oleh perintah Al-Quran "bahwa tidak ada paksaan dalam beragama". Dalam Ahmadiyah kita dapat menghargai keshalehan orang-orang Islam dan merasakan kelangsungan hidup dari Islam sebagai suatu kekuatan besar dalam dunia modern ini.
Pergerakan Ahmadiyah dalam Islam
Sebagaimana kita ketahui, pertengahan abad 19 masehi adalah masa bergaungnya keilmuan dan bergejolaknya kehidupan beragama. Ilmu pengetahuan alam dan sosial dimasak pada alat pembakar terdepan. Pada alat pembakar belakang, ketel dari tradisi agama-agama besar mulai mendidih.
Disamping perumpamaan tersebut, adanya transisi di abad 19 kepada keajaiban perubahan-perubahan dan kengerian akan abad 20 ditandai dengan pembaharuan-pembaharuan gerakan dan lahirnya kaum beragama diseluruh dunia. Bergeloranya pandangan-pandangan akan masa depan (nubuatan) dan pemulihan kisah-kisah sejarah Kristen di dunia Barat telah dikenal dengan baik. Apa yang mungkin tidak diketahui dengan baik adalah kenyataan bahwa dunia Islam juga melihat gerakan-gerakan itu yang mana Al-Quran dan nubuatan-nubuatan tertulis lainnya membawa kepada pemenuhan nubuatan itu.
Keyakinan itu telah tersebar luas mendekati lintas sejarah karir kemanusiaan. Pendekatan ini, tentu saja telah diduga. Bagaimanapun juga seseorang mungkin membenarkan keyakinan itu bahwa suatu lintasan peristiwa sedang dibuat, apakah dengan analisa sejarah atau penafsiran pandangan-pandangan nubuatan, tidak terelakkan lagi.
Kita tidak dapat dan tidak perlu memutuskan dilema ini, apakah itu adalah suatu proses sejarah, campur-tangan Tuhan atau suatu kesepakatan rahasia dari dua penilaian yang membawa dunia kepada suatu kemelut. Rupanya, keyakinan yang tersebar luas dalam lingkaran tradisi keagamaan itu, dengan adanya zaman baru dari transformasi keilmuan, sosial dan politik juga disertai dengan penurunan nilai-nilai moral dan spiritual.
Dewa Molokh di zaman baru industri dan ilmu pengetahuan ini adalah meminta manusia untuk mengorbankan hubungan-hubungan ketuhanan yang ada demi kesejahteraan dan kebangsaannya. Sebagaimana pandangan-pandangan yang membawa seorang manusia dalam masyarakat sekuler, desakan keagamaan di banyak bidang mencoba untuk bertahan. Hubungan perniagaan dan hubungan antar manusia telah merebut tempat persekutuan (komuni) yang dilakukan dengan Tuhan. Tidak hanya dunia yang berubah namun perubahan adalah merubah trend (kecenderungan), lamanya menggerakkan peradaban dan budaya yang tak lagi dapat menahan tekanan peristiwa melebihi kemampuan adanya pilihan-pilihan perlindungan dan pemeliharaan keagamaan, tidak lagi dapat efektif. Sebagaimana zaman baru telah terbit, akankah cahaya tetap bersinar dalam dunia yang tak bertuhan yang telah mengorbankan kebaktian dan keshalehan kepada Tuhan untuk proses yang rasional dan kemajuan materi ? Ada banyak yang tidak dapat memiliki kemungkinan itu.
Saya pikir, bagaimanapun juga, hal itu bukanlah suatu kecenderungan negatif yang menggerakkan Mirza Ghulam Ahmad kepada ramalannya. Adalah sama ragu-ragunya (bagi kita) bahwa Hazrat Ahmad hanya didorong oleh penilaian kritis dari peristiwa-peristiwa duniawi untuk menyatakan dirinya bahwa ia adalah seorang Mahdi di zaman ini. Begitulah, ia bukan seorang pembicara terkenal tentang malapetaka karena adanya suatu tekanan perasaan (depresi), juga ia tidak mengkhayalkan arti wahyu seperti cara para wartawan (atau bahkan para sejarahwan) yang mencatat kecenderungan-kecenderungan (trends) yang ada sekarang di halaman-halaman opini pada surat kabar kita. Dari pandangannya dan darinya ia mendirikan pergerakan ini, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad menjawabnya berdasarkan wahyu. Ia adalah seorang yang sangat shaleh. Nubuatan serta ucapannya (tidak hanya) terlihat sebagai ungkapan jiwa yang bersentuhan dengan trend dan peristiwa-peristiwa masa kini, namun lebih kepada ungkapan jiwa dalam persekutuan (komuni) dengan Tuhan yang hidup.
Dalam cita rasa ilmiah, kita kelihatannya mencari suatu keadaan yang mendasari perilaku seseorang. Dan selama lebih dari 100 tahun terakhir, para sarjana mencari-cari akar psikologis dari pengalaman beragama. Namun ada juga klaim yang dibuat dalam lingkaran gerakan keagamaan tertentu yang mungkin membawa kepada tidak adanya prasangka.
Apa yang Hazrat Ahmad maksud mengenai dirinya dan apa yang dimaksud oleh para pengikutnya tentang dirinya adalah cukup jelas. Perkiraannya mengenai rendahnya tingkat keshalehan dan kepercayaan kaum Muslim sebagai suatu penilaian tidaklah sesederhana itu pada kondisi sekarang bagi seorang peneliti yang peka. Pendakwaannya sebagai seorang nabi di akhir zaman ini terlihat tidak hanya psikologi khusus saja. Ia lebih merasa atau mengetahui dalam lubuk-lubuk hatinya bahwa ia "mendapatkan kedekatan yang sempurna dengan Tuhan Yang Maha Perkasa". Tidak dapat disangkal adanya landasan wahyu dari pengetahuan atas dirinya sendiri ini. Keyakinan atas kebenaran wahyu selalu merupakan landasan kekuatan bagi Ahmadiyah dan pada kesempatan yang sama sikap permusuhan ditampilkan kepada gerakan ini oleh para mullah (kyai) Islam ortodoks.
Namun mungkin kita harus kembali pada permulaan gerakan Ahmadiyah dalam Islam agar mendapat beberapa sentuhan asli yang dinamis yang telah memberikan rangsangan yang khas selama 100 tahun terakhir ini bagi 10 juta orang yang berasal dari daerah Dar al Islam (Negara Islam).
Pendiri Ahmadiyah lahir disebuah kota kecil di Punjab pada tahun 1835, di kota Qadian yang berjarak tidak lebih dari 30 atau 40 mil sebelah timur kota Amritsar, dimana terletak kuil emas kaum Sikh yang pada pertengahan tahun 1984 menjadi pusat perhatian dunia. Disana lahir Mirza Ghulam Ahmad, disebuah daerah dimana tradisi-tradisi agama kuno dan baru hidup dalam kebersamaan yang rapuh. Andrew Jackson adalah presiden Amerika Serikat, Joseph Smith dua tahun sebelumnya telah mendirikan Gereja Latter-day Saints. Louis Phillipe merupakan pemerintahan monarki dari Perancis. Dua tahun setelah kelahiran Ahmad, Victoria menjadi Ratu Inggris dalam usia 18 tahun. Chopin mencapai kejayaan dari karirnya. Dan hanya setahun sebelumnya, Friedrich Schleiermacher meninggal dunia.
Bagaimanapun, sampai umur 41 tahun (1876) Hazrat Ahmad mulai menerima banyak wahyu yang akan membawanya kepada keyakinan/kepastian bahwa didalam pribadinya telah genap datangnya Mahdi. "Setelahnya", sebagaimana kata Zafrullah Khan, "telah diwahyukan kepadanya bahwa ia juga adalah Al-Masih yang dijanjikan dan benar-benar seorang Nabi yang datang seperti yang telah dikabarkan dalam agama-agama utama di dunia". Ia adalah "Juara yang berasal dari Tuhan dengan jubah pakaian semua para Nabi".
Sejak pendakwaannya bahwa ia adalah Al-Masih yang dijanjikan sampai kewafatannya pada tanggal 26 Mei 1908, aktivitas kenabiannya tidaklah surut. Ia memimpin Jemaat Ahmadiyah yang pengikutnya mencapai ribuan orang. Selama di tahun-tahun awal gerakan Ahmadiyah, ia sendiri senantiasa tampil memimpin dalam pertandingan (perdebatan) dengan para pemimpin agama dan para pendakwa juru selamat yang membangkitkan rasa kepercayaan dirinya dengan bijaksana. Para penentang dan lawan-lawannya mulai dari para pemimpin Arya Samaj (Hindu) sampai pendeta Kristen di India dan di Amerika Serikat. Melalui semua konflik pribadi yang diembannya sebagai pemenuhan pendakwaan kenabiannya, ia terus membawa perintah-perintah wahyu yang tujuannya adalah kepada kemajuan Islam dalam zaman baru yang sedang tampil didepan.
Semua energi kemanusiaannya, sebagaimana dipercayai para pengikutnya, difokuskan kepada satu sebab bahwa kebangkitan Islam ini adalah genapnya pemenuhan ruhani dari semua agama-agama dunia. Namun ia bukanlah pembawa amanat yang netral. Peranannya adalah disengaja dibawah kesadaran akan rencana Tuhan. Tidak hanya memberitahukan terpenuhinya nubuatan (para nabi), namun lebih kepada takdirnya adalah untuk mewujudkan proses sejarah ketuhanan. Diantara banyak pernyataan Hazrat Ahmad yang membuktikan kepastian akan peranannya adalah: …"Adalah jelas bagiku berdasarkan wahyu Tuhan bahwa Al-Masih yang kedatangannya telah dijanjikan diantara orang Islam sejak awal, dan Mahdi yang kedatangannya telah ditetapkan Tuhan disaat merosotnya Islam dan tersebarnya kekeliruan, dan akan dibimbing secara langsung oleh Tuhan, dan mengajak orang turut ambil bagian dalam perjamuan surgawi, dan kedatangannya telah dikabarkan oleh Nabi Suci saw seribu tiga ratus tahun yang lalu, adalah aku sendiri. Wahyu Tuhan akan soal ini telah diberikan kepadaku dengan sangat terang dan terus menerus sehingga tidak lagi tersisa ruang bagi keraguan. Wahyu itu penuh dengan genapnya nubuatan-nubuatan agung yang benderang seterang siangnya hari. Seringnya (wahyu) dan jumlahnya serta kekuatan yang menakjubkan memaksa aku untuk mengakui bahwa itu terdiri dari perkataan-perkataan yang berasal dari Tuhan Yang Esa tanpa sekutu bagi-Nya, Sang Pemilik Kalam Al-Quran. Agar mendapatkan ridha Allah, aku dengan ini memberitahu kamu semua pentingnya kenyataan bahwa Tuhan Yang Maha Perkasa, diawal abad ke 14 ini, memilih aku yang berasal dari-Nya bagi kebangkitan dan pendukung kebenaran ajaran Islam".
Penulis telah diberitahu bahwa ia adalah pembaharu (mujadid) zaman ini dan ketinggian ruhaninya memiliki kesamaan dengan ketinggian ruhani Yesus, putera Maria, dan keduanya saling berhubungan satu dengan lainnya dan memiliki kemiripan satu dengan lainnya.
Dan akhirnya :
"Pertanyaan yang tersisa siapakah Imam zaman ini haruslah, berdasarkan Perintah Ilahi, ditaati oleh seluruh kaum Islam, shaleh, penerima wahyu dan kasyaf. Tidak ada keraguan padaku untuk mengakui bahwa akulah Imam zaman ini".
Bagaimanapun juga, ia sangat seksama dalam melukiskan misinya : "Tapi aku adalah seorang Rasul dan seorang Nabi tanpa syariat baru dalam beberapa hal Tuhan mewahyukan padaku apa yang tersembunyi, dan karena kelemah-lembutan yang telah dilimpahkan kepadaku karena ketaatanku kepada Nabi Muhammad saw, dan karena mendapatkan namanya".
Ia berkali-kail tetap bertahan dengan pendapatnya bahwa Meterai Kenabian (khaatamul-anbiyya) tetap terpelihara. Ia adalah bagi Muhammad (nabi pembawa syariat yang memiliki Kitab) sebagaimana Yesus bagi Musa (yang memiliki hukum kuno, messias telah datang tidak untuk membatalkan, tetapi hanya menggenapkan). Ini adalah penting, kemudian untuk menghargai ketulusan Ahmadiyah adalah mencatat apa yang Ahmad tidak dakwakan. Musuh-musuhnya, bagaimanapun juga biasanya tidak berkeinginan menjadi sangat diskriminatif. Menurut mereka, pendakwaannya membahayakan pandangan yang ada mengenai akhir dari kenabian Muhammad. Hal itu mungkin terlihat sangat baik, namun pendakwaan Ahmad hanya untuk menjadi penafsir pesan Al-Quran yang terilhami dan pembawa pesan lahirnya kembali serta pembaharuan atas satu agama yang hakiki: "Bagi umat manusia tidak ada kitab lain kecuali Al-Quran, dan bagi bani Adam, tidak ada Utusan (Rasul) dan perantara lain kecuali Muhammad, yang terpilih saw". Ahmad adalah seorang nabi, bukan Nabi (pembawa syariat), Al-Quran (tidak ada Quran lain), Kitab (tidak ada kitab suci lain), (juga) bukan sebuah buku diantara banyak (buku), Islam agama asli yang dipulihkan oleh sokongan Ahmad.
Masih banyaknya kaum Muslim yang merasa gusar dan terhina, alasannya tidak diragukan lagi adanya kekolotan yang wajar atas keimanan, dan nampaknya akibat dari hal tersebut adalah keinginan untuk menyalah-artikan nubuatan-nubuatannya yang penuh dengan retorika. Pada kaum Kristen juga ditemukan alasan-alasan (yang serupa) untuk diserang. Paradoks besar orang Kristen dirasakan ada di Punjab sama halnya (paradoks) itu ada pada berbagai peristiwa lain yang bahkan lebih dari kesuburan tanah : pengharapan datangnya Yesus kedua kalinya menambah suburnya penyebaran agama Kristen, sementara kenyataan adanya kemungkinan kembalinya (Yesus) terancam dengan berkurangnya semangat yang membara akan keyakinan itu. Rupanya sesuatu dirasakan lebih penting dengan menunggu datangnya seorang tamu daripada berbicara dengan tamu yang sekali datang ke ruang tamu anda. Demikianlah dengan Hazrat Ahmad. Namun kita mungkin mengerti kritikannya, dengan adanya cara pendakwaan yang rumit.
Tidak hanya dia akui bahwa ia memiliki "kesamaan yang khas dengan Yesus" namun pada sisi negatifnya, ia telah diutus …"bahwa aku akan melumpuhkan doktrin salib. Untuk itulah aku telah diutus," ia melanjutkan, "untuk memecahkan salib dan membunuh babi."
"Syrik"-nya kaum Kristen membawa mereka kepada suatu penafsiran yang aneh mengenai penyaliban. Anggapan terhadap eksekusi (penyaliban) Yesus telah diartikan sebagai suatu pengorbanan dirinya-sendiri untuk penebusan – Sebenarnya Tuhan membayar dirinya-sendiri bagi suatu penebusan agar ciptaannya memikat dengan (memiliki) kerajaan-kerajaan dan kekuatan-kekuatan atas dunia ini. Bagi kebanyakan kaum Muslim gagasan itu mungkin tidak dapat dipahami; bagi orang Ahmadi gagasan itu menjadi benar-benar suatu laknat. Sebagai pengganti dari khayalan keagamaan itu, Ahmad menawarkan suatu skenario yang kelihatannya lebih – kemungkinan lebih, karena disana buktinya dirasakan dapat diuji untuk suatu alternatif.
Di negeri Kashmir, di ibu kota Srinagar, sebuah kuburan telah ditemukan, melindungi jenazah dari seorang nabi kuno yang dikenal sebagai Yus Asaf. Ketika anggapan atas legenda ini bertemu dengan nubuatan Al-Kitab dan dengan membaca Injil-Injil secara teliti, kisah tradisional pasca penyaliban berubah secara radikal. Untuk memenuhi nubuatan bahwa messias harus mengajarkan "domba Israel yang hilang," Yesus pulih dari luka parah akibat penyaliban, pergi berpindah tempat ke arah Timur kepada domba-domba Afghan yang kesasar dan kepada suku-suku di deretan sebelah Utara India-Pakistan dimana tinggal suku-suku pengembara (nomad) yang sampai dengan hari ini budaya, agama dan sifat khas ras-nya terbuat dari bangsa Semit asli adalah merupakan sebab yang dapat diterima seluruhnya. Disana "Yus Asaf" menikah, melanjutkan pekerjaan kenabiannya, menjadi orang tua dan wafat dalam usia 120 tahun.
Keturunannya sampai generasi ke 65 masih tinggal di daerah sekitar makamnya. Dengan demikian Hazrat Ahmad telah "melumpuhkan doktrin salib" dan selanjutnya lebih memperbaiki pekerjaan Islam tradisional mengenai Yesus, putera Maryam. Kenyataan-kenyataan dan argumentasi-argumentasi yang disusun oleh Ahmad dalam bukunya Al-Masih di India, menjadi dan merupakan kisah terhindarnya Yesus dari kematian diatas salib serta perjalanannya ke India.
Kata-kata pembukaannya dalam buku itu adalah layak dicatat sebagai petunjuk atas motivasi serta pernyataannya : "Aku menulis buku ini dengan maksud untuk menjauhkan pandangan-pandangan yang keliru dan berbahaya tentang kehidupan awal dan kehidupan akhir nabi Isa as – yang sudah ada di kebanyakan golongan Islam dan Kristen – dengan mengemukakan fakta-fakta yang benar, kesaksian-kesaksian sejarah yang meyakinkan dan yang telah terbukti, serta naskah-naskah kuno umat non-Muslim lainnya. Yakni, pandangan-pandangan yang dampak-dampak mengerikannya itu tidak hanya menghambat serta menghancurkan konsep Tauhid Ilahi, melainkan pengaruhnya yang sangat buruk dan beracun sedang tampak menggerogoti keadaan akhlak umat Islam di negeri ini".
Jadi, pesan dari pendiri Ahmadiyah menjadikan suatu perubahan serius dari ajaran Gereja sama halnya dengan suatu perbaikan atas pengertian Yesus bagi kaum ortodoks Islam.
Masih ada tantangan lain yang diajukan oleh Ahmad dan pengikutnya kepada pandangan ortodoks. Masih Mau’ud melarang jihad terhadap pemerintah Inggris. Beberapa menuduhnya memiliki motif untuk kepentingannya sendiri, meskipun perintah yang ada berlawanan dengan jihad dalam kasus tertentu memperlihatkan sikap pengecut secara umum dan kurangnya gairah terhadap Islam. Seperti biasanya suatu kasus, bagaimanapun juga, motif-motif yang sebenarnya berbeda dan didasarkan atas wahyu ketimbang perhitungan-perhitungan politis. Hazrat Ahmad menjelaskan larangan terhadap jihad dengan cara sebagai berikut : "Singkatnya, dijaman Rasulullah saw, landasan jihad Islam adalah bahwa kemurkaan Tuhan telah bangkit kepada kaum yang zalim. Akan tetapi hidup dibawah pemerintahan yang baik/ramah, seperti pemerintahan ratu kita, adalah bukan jihad namanya untuk membuat rencana pemberontakan terhadapnya melainkan suatu gagasan biadab yang lahir dari suatu kebodohan".
Ia selanjutnya menyatakan, dalam nuansa bahasa yang didorong oleh misinya : "Jihad zaman ini adalah berjuang untuk meninggikan kalimat Islam, untuk menyanggah keberatan-keberatan pihak lawan, untuk mempropagandakan keistimewaan-keistimewaan ajaran Islam dan untuk menyatakan kebenaran Rasulullah saw di seluruh dunia. Ini adalah Jihad sampai Tuhan Yang Maha Besar mendatangkan suasana lain didunia ini. Semangat jihad dengan senjata kemudian dapat dialihkan jadi "Jihad Akbar", atau berjuang melawan hawa nafsu, menuju kepada disiplin ruhani yang akan memungkinkan masyarakat meraih ridha Tuhan, bangkitnya kembali Islam".
Baiklah, mari kita teruskan. Namun tidak ada waktu yang cukup bagi kita dalam suatu karangan singkat, bahkan untuk suatu pengenalan saja. Kemungkinan motif dan kekuatan gerakan Ahmadiyah dalam Islam dapat dipahami dari satu pernyataan akhir Masih Mau’ud. Sehubungan dengan janji setia dari para pengikutnya, ia bersabda :
"Hendaknya diketahui oleh semua orang yang berhati tulus yang telah mengambil janji Ba’iat bahwa tujuan dari perjanjian ini adalah dinginnya kecintaan kepada dunia dan dalam hati sanubari harus tumbuh kecintaan kepada Tuhan dan Rasulullah dan jiwa dijauhkan dari dunia ini sehingga tidak timbul keraguan untuk perjalanan selanjutnya".
Al-Quran menyatakan, "Tidak ada paksaan dalam agama". Siapa saja yang secara sukarela mengambil perjanjian dengan nabi-nya Nabi (saw), Islam tetap menjadi agama yang masa depannya dapat dicapai. Masih sanggahannya Hazrat Ahmad, "Ini bukanlah suatu ungkapan baru". Mahdi tidak menganggap untuk mengganti kedudukan mulia setiap nabi, misinya adalah hanya mengembalikan keimanan sejati dan kemurnian serta pengertian hakiki tentang Tuhan yang mana telah, sedang dan akan menjadi agama yaitu Islam.
Apapun yang muncul diluar Gerakan ini, didalam Jemaat Ahmadiyah para pengikutnya dapat menyatakan dengan kesadaran penuh mengenai diri mereka dan pendirinya.
Satu kalimat terakhir, untuk menghilangkan dugaan mengenai nama Gerakan ini adalah suatu penghormatan kepada egotisme Masih Mau’ud. Kenapa gerakan ini asalnya dinamakan Gerakan Ahmadiyah dalam Islam ? Perkataan Masih Mau’ud :
"Nama yang tepat untuk Gerakan ini dan yang mana kami lebih menyukai menyebut bagi diri kami adalah Muslim sekte Ahmadiyah. Kami telah memilih nama ini karena Rasulullah saw memiliki dua nama. Muhammad dan Ahmad; Muhammad adalah nama sifat keagungan dan Ahmad adalah nama sifat keindahannya … Tuhan telah mengatur kehidupan Rasulullah saw, kehidupannya di Mekkah sebagai manifestasi dari nama Ahmad dan kaum Islam telah diajarkan kesabaran dan ketabahan. Kehidupannya di Medinah sebagai manifestasi dari nama Muhammad, dan Tuhan dalam kebijaksanaan-Nya menetapkan untuk menghukum musuh-musuhnya. Namun ada suatu nubuatan bahwa nama Ahmad akan dimanifestasikan kembali di akhir zaman dan orang itu akan muncul dengan menyandang kualitas keindahan sebagai karakter Ahmad dan semua peperangan akan berakhir. Untuk alasan inilah telah dipertimbangkan dengan baik bahwa nama untuk sekte ini sebaiknya Ahmadiyah, sehingga tiap orang yang mendengar nama ini menyadari bahwa sekte ini telah datang untuk menyebar kedamaian serta keamanan dan tidak akan berhubungan dengan perang dan perkelahian".
Adalah benar-benar ironis bahwa suatu Gerakan yang menganjurkan perdamaian diantara kaum beragama dan, tentu saja, adalah arti dari nama agama Islam, harus dihilangkan kebebasannya dalam beribadah dan kepercayaannya serta misinya dinegara asalnya dan diberbagai tempat lainnya dalam dunia Islam. Adalah juga sejarah yang mengenaskan bahwa ajaran perdamaian ini harus dipisahkan dari Islam itu sendiri.

~Louis J. Hammann
Gettysburg College.

from : http://www.alislam.org/indonesia/ahmadiyyat.html

Umat Islam Terpecah 72 Golongan


Hazrat Mirza Tahir Ahmad r.h
22 Januari 2006
Oleh: Hazrat Mirza Tahir Ahmad r.h
Penterjemah: Abdul Mukhlis – Bogor

Imam Mahdi dan Al-Masih Sudah Sangat Diperlukan

Seorang berkebangsaan Arab bertanya kepada pemimpin Ahmadiyah di London. Pertanyaannya adalah, umat Islam menjadi terpecah disebabkan kedatangan Mirza Ghulam Ahmad a.s dan Ahmadiyah. Al-Quran menyebutkan, umat Islam adalah satu Ummah dan Al-Quran adalah kitab Syariah yang terakhir dan sempurna, dan karenanya mengapa diperlukan lagi adanya nabi?


 
Penjelasan dan jawaban Pimpinan Ahmadiyah Hazrat Mirza Tahir Ahmad r.h sebagai berikut:

Sebelum membahas pertanyaan mengapa diperlukan adanya nabi, marilah kita kembali sebelum ada seseorang mendakwakan diri menjadi nabi ummati. Sekarang mari kita bertanya apakah ummah memang satu sebelum ia men-dakwakan diri. Bukankah Al-Quran dan hadits yang ada sama dengan Al-Quran dan hadits yang ada sejak Rasulullah Saw., Namun ummah telah terpecah menjadi 72 golongan, apakah Anda menyebutnya satu ummah atau memilih untuk menyebutnya 72 ummah, sepenuhnya terserah kepada Anda, namun yang benar adalah bahwa telah terjadi perpecahan dan perpecahan itu terjadi bukan disebabkan oleh adanya nama-nama melainkan disebabkan oleh adanya perbedaan pandangan dan konsep. 72 golongan Islam memiliki perbedaan pandangan yang sedemikian rupa mengenai Al-Quran yang sama dan mengenai hadits yang sama sehingga orang yang memiliki pikiran jernih, mereka (72 golongan) tidak lagi dapat disebut satu ummah.

Hari ini pun, lupakanlah untuk sementara waktu mengenai Ahmadiyah dan apa missinya, marilah kita membahas pandangan golongan Syiah. Mereka beriman kepada Al-Quran dan mereka beriman kepada hadits Rasulullah Saw. Namun mereka pun berkeyakinan bahwa tiga khalifah Islam yang pertama adalah perampas hak orang lain dan bukan khalifah yang benar. Rasulullah Saw., menurut orang-orang Syiah, setelah beliau wafat hanya meninggalkan sepuluh orang suci. Sisanya semuanya munafik dan mereka yang Anda sebut dan kami juga meyakininya sebagai khalifah yang benar, menurut kepercayaan Syiah adalah para Raisul Munafiqin (Pemimpin orang-orang munafik). Sekarang, tuduhan ini diterima baik oleh orang-orang Muslim dan inilah yang mereka sebut sebagai satu Islam.

Sekarang mari kita mempelajari sekte Deobandi. Mereka meyakini bahwa sekte Barelwi adalah orang-orang musyrik. Sekte Deobandi memegang kepercayaan bahwa orang-orang yang berkeyakinan bahwa Rasulullah Saw. memiliki kehidupan yang abadi dan maha hadir seperti halnya Allah Ta’ala adalah orang-orang musyrik tingkat pertama dan tidak dapat diterima di dalam lingkungan Islam. Salah seorang dari pemimpin Deobandi memberitahukan kepada kami dan berkeras bahwa kita harus percaya bahwa semua orang-orang Barelwi setelah mereka meninggal, ketika mereka datang ke ‘Khausa Kausar’ mereka akan diperintahkan untuk pergi dan meninggalkan tempat itu seperti seseorang yang mengusir dan menghalau anjing pergi. Rasulullah Saw. menurut mereka, akan berkata kepada orang-orang Barelwi, “Pergilah kalian, kalian pikir diri kalian Muslim, tetapi aku mengetahui bahwa kalian bukanlah orang Muslim.”

Sekarang sejauh hubungannya dengan orang-orang Barelwi yang juga termasuk ke dalam ‘ummah yang satu’ dan kita juga beriman kepada Al-Quran yang sama dan hadits yang sama, namun mereka berpendirian bahwa semua orang-orang Wahabi, golongan yang menyebut dirinya mayoritas di Saudi Arabia, Ahli Hadits dan Deobandi semuanya adalah pakka kafir (kafir mutlak), sedemikian rupa, sehingga jika seseorang tidak percaya bahwa Golongan Wahabi, Ahli Hadits dan Deobandi kafir, maka ia sendiri menjadi kafir. Satu dari pemimpin terkenal Barelwi menjelaskan dalam bukunya ‘Hisamtil Harmain’, bahwa jika kalian sembahyang di belakang orang Deobandi, Wahabi, Ahli Hadits, Chakralwi, Syiah, Qadiani, dan lain-lain. Kalian akan menjadi kafir dan jika kalian mengijinkan mereka sembahyang di belakang kalian, kalian pun akan menjadi kafir. Dan jika kalian menikah dengan mereka dan jika mereka menikah dengan kalian, kalian akan menjadi kafir. Sedemikian rupa, sehingga ia menjelaskan jika mereka menikah di antara mereka sendiri pun, pernikahan itu menjadi tidak syah menurut hukum Islam.

Jadi demikianlah keadaan yang ada sebelum kedatangan Almasih yang dijanjikan, Mirza Ghulam Ahmad, dan sekarang pun masih demikian. Jadi marilah kita kemukakan lagi pertanyaannya. Apakah itu yang disebut satu Islam? Apakah demikian keadaannya pengikut dan anggota Ummah yang satu?

Tahukah Anda apa yang terjadi di Pakistan setelah kami (orang-orang Ahmadi) dideklarasikan sebagai non Muslim dan setelah kami dirampas haknya untuk me-nyebut diri kami Muslim. Apakah Anda sadar bahwa telah terjadi peperangan antara Sekte Barelwi dan Sekte Deobandi dan mereka menyebarluaskan pamflet-pamflet yang isinya masing-masing saling memfatwakan kafir dan bukan Islam.

Jadi jika demikianlah keadaan Ummah yang satu yang menjadi pecah oleh kedatangan Masih Mau’ud a.s. maka tidak ada masalah yang terjadi. Mengapa Jemaat Ahmadiyah harus nampak seperti golongan yang paling tidak dapat diterima di antara umat Islam.

Sekarang marilah kita bahas pertanyaannya secara prinsip.

Al-Quran adalah satu, dan tanpa di-ragukan telah sempurna. Hadits Rasulullah Saw. adalah final dan kedua-duanya terus menerus menjadi Kalimat yang harus diterima, yang harus diimani, yang harus diikuti sampai hari kiamat. Namun Rasul kita, meskipun beliau mengetahui hal ini bahwa Kitab Suci sudah sempurna dan beliau adalah Nabi yang terakhir hingga hari kiamat, beliau sendiri menubuatkan bahwa akan tiba masanya ketika Imam Mahdi akan datang dari sisi Allah dan diangkat oleh Allah. Sekarang marilah kita ajukan satu pertanyaan yang tulus – mengapa diperlukan Imam Mahdi dan mengapa Imam Mahdi harus diterima kita semua, sementara Al-Quran sudah sempurna; hadits sudah ada dan isi dari kitab-kitab ini sudah final. Namun menurut Rasulullah Saw., kalian memerlukan Imam Mahdi dan Anda sedang menunggu-nunggu Imam Mahdi. Mengapa kita memerlukan Imam Mahdi dan apakah kedudukan Imam Mahdi nantinya? Saya yakin Anda tidak pernah berpikir ke arah ini. Jika Anda memikirkannya sekarang, Anda akan terkejut bahwa kepercayaan Anda dan kepercayaan kami secara mutlak sama. Tidak setitikpun ada perbedaan dapat dibuktikan antara kepercayaan kami dan Anda. Anda percaya bahwa Imam Mahdi akan ditunjuk Allah Ta’ala dan tidak akan dipilih oleh masyarakat Islam. Tidak ada seorangpun Muslim yang percaya bahwa Imam Mahdi tidak akan dipilih Allah tetapi akan dipilih oleh masyarakat luas. Jika ada seorang Muslim yang berkepercayaan demikian, seluruh ulama dunia akan memfatwakan bahwa orang itu kafir, karena ia memegang keyakinan yang bertentangan dengan seluruh umat Islam. Jadi Imam Mahdi adalah satu pribadi yang akan datang, jika hingga sekarang ia belum datang, yang akan langsung diangkat dan ditunjuk oleh Allah. Namun demikian, ini adalah bagian dari keyakinan kita. Bagian selanjutnya dari keyakinan ini adalah bahwa siapa saja yang menolaknya akan menjadi kafir. Apakah pernyataan ini tidak benar? Seluruh ummah memiliki keyakinan terhadap dua hal ini, kecuali Chakralwi dan Ahli Hadits, tetapi pada saat ini saya tidak membahas mereka secara spesifik. Saya mengarahkan hal ini kepada ummah di luar mereka. Mereka berkeyakinan, Imam Mahdi akan ditunjuk langsung oleh Allah sendiri dan tidak akan ada pemilihan. Mereka juga percaya Imam Mahdi, sekali beliau ditunjuk maka ia akan menjadi imam seluruh ummah dan untuk sekalian alam dan siapa saja yang mendustakan beliau dan siapa saja yang menentang beliau, akan menjadi keluar dari Islam. Sekarang, dengan mengingat dua hal penting ini di dalam pikiran kita, sebutkan kepada saya (jika ada) contoh satu orang, siapa saja, setelah memiliki dua sifat ini dan dua potensi ini, tetapi ia bukan nabi. Sesungguhnya, tidak ada seorang manusia pun di dunia ini datang membawa dua kualitas ini tetapi bukan nabi. Sesungguhnya, tidak seorangpun di dalam sejarah semua agama-agama yang dapat disebutkan bahwa ada seseorang ditunjuk langsung oleh Allah namun untuk beriman kepadanya tidak diwajibkan. Bacalah ayat Al-Quran yang membahas mengenai iman dimana dijelaskan kepada siapa kalian harus beriman – Amantu billahi wa malaikatihi wa kutubihi wa rusulihi wa bil yaumil akhiri wa bil qadri khairihi wa syarrihi. Dari enam rukun tersebut hanya ada satu yang berhubungan dengan manusia dan itu adalah nabi-nabi. Jadi dari antara manusia, kecuali kepada nabi-nabi, Al-Quran tidak membebankan kewajiban kepada Anda untuk beriman kepada siapa pun, hanya kepada para nabi Allah kita harus beriman. Jadi menurut Al-Quran, hanya kepada nabi-nabi Allah wajib bagi kita beriman, kalau tidak kita akan menjadi kafir. Oleh karena itu, dari antara manusia kecuali kepada para nabi kita tidak diwajibkan untuk beriman kepada siapapun. Carilah kalau ada di dalam Al-Quran ayat-ayat yang mewajibkan kepada kita untuk beriman kepada seseorang selain kepada para nabi. Namun pandangan yang umum diterima ini Anda sendirilah menisbahkan-nya kepada Imam Mahdi. Siapa saja yang ditunjuk langsung oleh Allah maka dia adalah seorang nabi. Jadi Anda terus mengatakan bahwa Anda berkeyakinan tidak akan pernah datang nabi lagi meskipun seorang nabi pengikut, sementara Anda beriman kepada Imam Mahdi dan yakin bahwa Allah sendiri yang akan menunjuk dan mengangkatnya. Dengan demikian Anda sesungguhnya menentang keyakinan Anda sendiri. Sebenarnya, begitu Anda percaya kepada kedatangan Imam Mahdi berarti Anda percaya kepada kedatangan seorang nabi ummati. Jadi sekarang hanya tinggal pertanyaan tentang siapakah orangnya. Sejauh yang berkenaan dengan kepercayaan, setiap orang yang jujur dan benar pasti akan setuju dan menerima bahwa konsep mengenai Imam Mahdi adalah sesuai sekali dengan konsep yang kami sebut sebagai suatu kenabian ummati. Baik Anda menyebutnya nabi pengikut atau bukan, baik Anda menyebut-nya manusia atau bukan, hal itu tidaklah penting. Yang penting adalah definisinya. Jika Anda memanggil manusia anjing, ia akan tetap manusia. Jika seseorang memiliki kualitas Imam Mahdi maka ia akan tetap menjadi Nabi, bagaimanapun Anda me-manggilnya, meskipun jika Anda tidak beriman kepadanya, ia akan tetap seorang nabi.

Kemudian Anda percaya, Nabi Isa akan datang untuk kedua kalinya. Dalam kedudukannya sebagai apa ia akan datang lagi? Akankah ia meninggalkan pangkat kenabiannya di atas langit, jika benar ia akan turun dari langit? Tentu saja tidak. Karena semua ulama Muslim percaya dan memfatwakan bahwa siapa saja yang percaya dan mengatakan ketika ia akan datang lagi ia akan meninggalkan pangkatnya di langit dan akan datang sebagai seorang biasa, adalah seorang pendusta dan berada di luar dan keluar dari batas-batas Islam. Ini adalah ke-percayaan yang umum dipegang setiap ulama Islam, baik ia Ahmadi maupun bukan. Dasar dari keyakinan ini adalah, Rasul kita Saw. sendiri menubuatkan, ketika Nabi Isa a.s. datang lagi ia akan datang sebagai seorang nabi. Di dalam kitab Hadits Muslim Rasulullah Saw. sendiri menyebut Nabi Isa empat kali bahwa beliau adalah Nabiyullah pada kedatangannya yang kedua kali. Dengan demikian, sesuai dengan Hadits Muslim, Anda juga percaya Almasih akan datang dan ia datang sebagai seorang NABI… Sekarang, bersikaplah sebagai manusia yang memiliki akal yang waras dan bersikap jujur. Anda mengeluarkan kami dari Islam karena kami percaya Almasih Mau’ud a.s. adalah seorang Nabi, sementara Almasih yang kalian tunggu-tunggu itu sendiri adalah Nabi. Jadi jika Masih Mau’ud a.s. berkata, ‘Aku bukan Nabi. Rasulullah Saw. akan memfatwakan Masih Mau’ud seorang pendusta, karena beliau Rasulullah Saw. akan bersabda, ‘Tidakkah engkau membaca Hadits Muslim? Saya sendiri telah menyebut Almasih yang akan datang di dalam umat ini sebagai Nabi.’ Jadi jika ada seseorang mendakwa-kan diri bahwa ia adalah Almasih yang ditunggu-tunggu dan ia bukan Nabi, maka ia pasti seorang pendusta. Anda tidak mungkin membuktikannya lain. Namun, menurut akal Anda, jika ada seseorang mendakwakan diri sebagai Almasih dan berkata bahwa ia Nabi, ia juga seorang pendusta. Jadi Almasih yang bagaimanakah yang dapat datang ke dalam umat ini. Dari satu sudut pandang ia adalah seorang pendusta, karena ia berkata bahwa ia adalah sang Almasih dan seorang Nabi tapi Anda mengatakan bahwa pintu kenabian telah berakhir dalam bentuk apapun. Dan jika ia berkata, baiklah, bahwa ia adalah Almasih namun bukan Nabi maka Anda akan mengatakan bahwa ia adalah pendusta, karena Rasulullah Saw. mengatakan bahwa Almasih yang akan datang adalah seorang Nabi.

Jadi apa solusinya? Satu-satunya solusi yang dikemukakan ulama-ulama Muslim kepada saya bahwa ia adalah seorang Ummati, benar seorang Nabi tetapi nabi ummati.

Dengan kedudukannya sebagai Nabi Ummati ia tidak menentang kedudukan Nabi Muhammad Saw. sebagai Nabi penutup – dan inilah sebenarnya apa yang kami yakini. Kami tidak memegang kepercayaan tentang bentuk kenabian baru (Kenabian yang datang di luar umat Islam dan membawa syari’at baru. Kami memiliki keyakinan tentang seorang Nabi Ummati, Nabi yang berada di bawah syari’at nabi sebelumnya, sebagaimana dinubuatkan di dalam Al-Quran, Surah An-Nisa (3:70-71):

“Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka mereka akan berada di antara mereka yang Allah Ta’ala telah memberi nikmat, yaitu, nabi-nabi, syuhada-syuhada, shiddiq-shiddiq, dan orang-orang shalih, dan betapa mereka itu sebaik-baiknya sahabat. Ini adalah karunia dari Allah; dan cukuplah bagi Allah Yang Maha Mengetahui.’

Jadi siapa saja yang akan menerima ganjaran Rasulullah Saw. menurut ayat ini, ia harus tunduk kepada Rasulullah Saw.. Begitu ia menjadi pengikut, menurut ayat ini tidak akan ada ganjaran yang akan dimahrumkan darinya, baik yang pertama maupun yang terakhir, karena semua ganjaran itu disebutkan secara berurutan, yaitu, nabi-nabi, shidiq-shidiq, syuhada dan solihin – jadi kepercayaan Anda dan kepercayaan kami mengenai kenabian benar-benar sama. Terapkan hal yang sama kepada Imam Mahdi, yang Anda yakini akan datang; maka keyakinan kami mengenai Imam Mahdi, dan keyakinan Anda benar-benar sama. Ia haruslah seorang nabi pengikut. Terapkan sekarang kepada Almasih yang dijanjikan. Sekali lagi di sini pun kepercayaan kita mengenai Almasih yang dijanjikan seratus persen sama. Jadi, hanya menyebut seorang nabi bukan nabi, tidak bisa membebaskan Anda dari dosa atau apapun, sesungguhnya hal ini malah menjadikan Anda seorang yang berdosa, karena beriman kepada seseorang yang akan memiliki kedudukan tertentu; Anda tetap tidak setuju untuk memanggil-nya dengan kedudukan itu yang Anda sendiri meyakininya – ini adalah satu pelanggaran. Dan kami tidak melakukan pelanggaran itu; kami bersikap jujur, kami berbicara terus-terang. Jadi pertanyaannya sederhana sekali, yakni, Apakah Imam Mahdi sudah datang atau belum. Dan ini adalah pertanyaan yang adil. Anda me-manggil kami non-Muslim karena kami berkeyakinan kepada seorang nabi baru. Jika kami menjadi kafir karena hal ini, karena keyakinan Anda sama dengan kami, maka setiap orang dari antara kita adalah kafir, tidak ada seorang Muslim pun lagi yang tertinggal. Jadi, ini adalah satu aspek yang harus Anda ingat selalu.

Aspek yang kedua adalah Al-Quran sudah sempurna. Sesungguhnya Al-Quran itu tidak berubah. Namun demikian, maknanya telah berubah. Ayat yang sama telah ditafsirkan begitu berbeda seolah-olah berasal dari kitab yang berbeda. Contohnya, Anda mungkin pernah men-dengar mengenai kontroversi apakah nabi kita Rasulullah Saw. Nur atau Basyarnur atau manusia. Dan kata yang sama di-pergunakan oleh kedua belah pihak untuk mendukung pendirian mereka. (Surah 18:111).

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku adalah manusia seperti kamu; tetapi aku telah menerima wahyu bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa. Maka barangsiapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah ia mengerjakan amal shaleh, dan tidak menyekutukan sesuatu kepada Tuhannya.’”

Sekte Barelwi menyimpulkan ayat ini bahwa Rasulullah Saw. bukanlah manusia dan Golongan Deobandi menyimpulkan beliau adalah Basyar. Ayat-ayat yang sama di dalam Al-Quran telah ditafsirkan dengan cara yang begitu berbeda sehingga membuat orang terkejut dan terkesima, tidak tahu apa yang harus diperbuat dan apa yang tidak boleh dilakukan. Contohnya, Golongan Syiah menyimpul-kan dari ayat (9:40) makna yang sama sekali berbeda:

“Jangan khawatir, sesungguhnya Allah bersama kita.”

Mereka berkata karena Hazrat Abu Bakar r.a. berada dalam keragu-raguan, maka Rasulullah Saw. harus bersabda, menurut Allah, la Takhzan, dan hal ini memperlihatkan bahwa beliau (naudzubillah) adalah seorang munafik. Dan orang yang lain lagi mengatakan bahwa betapa indahnya ayat ini mendukung Abu Bakar r.a.. Rasulullah Saw. bersabda kepada beliau bahwa ia ada di antara mereka. “Allah tidak saja ada bersama-sama denganku tetapi bersama engkau juga.”

Makna yang mana yang Anda sukai, boleh Anda terima, tetapi makna yang kedua adalah pegangan kami. Sejauh hubungannya dengan kontroversi itu, ia terus berjalan. Jadi adanya satu Kitab tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan pendapat dalam hal-hal yang fundamental. Dan perbedaan itu terjadi pada hal-hal yang sungguh memuakkan. Contohnya, ada ayat di dalam Al-Quran, menjelaskan situasi bagaimana Rasulullah Saw. diperintahkan untuk menikahi istri anak angkatnya yang telah diceraikan, yaitu perceraian Hazrat Zaid. Zaid adalah anak angkat Rasulullah saw. Dan wanita itu telah bercerai dari Zaid. Al-Quran menjelaskan bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang ada di dalam hatimu. Dan Allah mengharuskan beliau menikah (Surah 33:38-39).

Tahukah Anda bagaimana para mufasiirin terdahulu menafsirkan ayat ini? Bacalah Tafsir Itqan, bacalah Kitab Jalalain, bacalah kitab tafsir lainnya dan jika Anda memiliki kecintaan yang sejati kepada Rasulullah Saw. Anda akan muak membaca apa yang mereka katakan. Mereka mengatakan bahwa Allah Ta’ala berkata kepada Rasulullah Saw. yakni ketika beliau melihat Hazrat Zainab, sebetik cinta muncul di dalam hati beliau dan khawatir jika orang lain mengetahui hal itu, dan beliau merasa malu. Tetapi Allah telah mengetahuinya, karena Dia Maha Mengetahui. Jadi mengetahui ke-adaan hatinya, Dia mengijinkan Rasulullah untuk menikah dan berkeras agar beliau menikah. Suatu hal yang sungguh memalu-kan untuk dikatakan. Mereka berkata dan mereka membesar-besarkan hal ini dengan menggunakan hadits-hadits palsu bahwa Rasulullah Saw. suatu ketika datang ke rumah Hazrat Zaid dan tanpa mengetuk pintu beliau langsung masuk. Hazrat Zainab waktu itu dalam keadaan di mana beliau tidak dapat dengan segera menutupi tubuh beliau dan Rasul kita Saw. (nauzubillahi min dzalika) melihatnya dalam keadaan seperti itu dan jatuh cinta. Hal ini bisa saja terjadi pada diri ulama-ulama biasa, tapi tidak mungkin terjadi pada diri Nabi kita Rasulullah Saw.. Rasulullah saw. sendiri bersabda (Surah 24:28-29):

“Wahai orang-orang yang beriman! Jangan-lah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sendiri sehingga kamu meminta izin dan mengucapkan salam kepada peng-huninya. Hal itu lebih baik bagi kamu supaya kamu memperhatikan. Dan jika kamu tidak menemukan siapapun di dalamnya maka janganlah kamu memasukinya sehingga kamu diberi izin. Dan jika dikatakan kepada-mu ‘kembalilah,’ maka kembalilah; hal itu lebih suci bagimu. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Janganlah masuk pintu rumah siapa saja tanpa memberi salam dan minta izin. Beliau diajarkan mengenai hal ini oleh Allah Ta’ala sendiri, sebagaimana kita baca di dalam surah As-Shaf (61:3-4):

“Hai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan? Sesungguhnya sangat dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.”

Para mufasir ini mengatakan Rasulullah Saw. melarang orang lain untuk masuk rumah meskipun keluarganya sendiri tanpa mengucapkan dan meminta izin lebih dulu, namun beliau sendiri melaku-kan hal demikian, dan ketika beliau melihat Hazrat Zainab, beliau jatuh cinta. Betapa memalukan – beliau adalah wujud yang begitu bertaqwa; tidak mungkin pikiran kotor seperti itu memasuki hati beliau. Rasulullah Saw. sendiri yang telah berkata bahwa setan beliau telah menjadi Muslim.

Sekarang marilah kita lihat Masih Mau’ud a.s., yang telah kami terima dan yang kepadanya Anda merasa bangga memanggil beliau dengan nama buruk dan menyebut beliau seorang pendusta, bagaimana beliau menafsirkan ayat tersebut. Beliau bersabda bahwa Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati Rasulullah Saw. dan mengetahui bahwa penderitaan ini begitu menghimpit hati beliau. Beliau merasa sedih dan begitu merasa sedih mengenai ide menikahi istri anak angkatnya yang telah diceraikan. Namun Allah Ta’ala memberitahu Rasulullah Saw. agar mem-berikan contoh dan untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa kebiasaan adopsi sejak saat ini telah dicampakkan untuk selamanya. Dan Allah berfirman bahwa, meskipun ini menjadi pengorbanan dari pihak beliau, beliau maju terus dan melaksanakannya.

Jadi cara yang paling tepat untuk menilai Masih Mau’ud a.s. adalah dengan cara mempelajari buku-buku beliau dan menemukan, di mana telah terjadi perbedaan pendapat di antara golongan dan para ulama ummah, jika beliau mem-berikan keputusan, apakah menurut pikiran dan kecenderungan Anda sendiri, keputusan beliau lebih tepat dari yang lain atau tidak. Jika Anda membaca dan mempelajari Hazrat Masih Mau’ud [Mirza Ghulam Ahmad a.s.] dengan cara seperti ini hanya setelah itu Anda akan mengerti makna kedatangannya, dan hanya setelah itu Anda akan mengerti makna kata “Hakaman Adalan” Masih Mau’ud a.s. duduk di atas kursi pemberi keputusan dan seluruh keputusan beliau adalah benar. Itulah keindahannya dan itulah alasan mengapa beliau harus datang. Beliau datang tidak untuk menambah-nambah Al-Quran, tetapi untuk mengembalikan apa yang telah dihilangkan dalam penafsiran Al-Quran. Inilah arti dari Hakaman Adalan dan inilah dasarnya mengapa beliau harus datang.

Jadi, ada begitu banyak contoh yang lain yang dapat dikutip sebagai bukti dan mendukung keyakinan saya.

Adalah Allah yang telah memutuskan di antara kita dan Anda sejak berdirinya Jemaat Ahmadiyah. Setiap kali peng-aniayaan ditimpakan kepada Ahmadiyah dan orang-orang Ahmadi, dan setiap kali setelah adanya ujian penganiayaan, Ahmadiyah maju bertambah besar dan luas, dan tidak pernah berkurang. Jadi, semakin besar penganiayaan semakin besar kabar suka diberikan kepada kami. Kami tidak merasa takut sedikitpun. Apa yang terjadi pada tahun 1933 dan 1934 serta 1953 dan apa yang terjadi tahun 1974. Setelah setiap penganiayaan ini Jamaah Ahmadiyah keluar sebagai pemenang dalam arti Jamaah ini menambah pengikut-nya lebih banyak dan lebih cepat dari sebelumnya. Jamaah Ahmadiyah mem-bengkak dalam jumlah, kedudukan dan pengaruh. Jadi, satu Jamaah yang memiliki takdir seperti ini, adalah takdir yang hanya merupakan takdir dari nabi-nabi yang benar. Bagaimana mungkin Jamaah seperti itu ditakuti-takuti oleh mayoritas? Apa dan siapakah yang mayoritas itu? Jika mayoritas itu tidak benar dalam pandangan Allah, apa artinya mayoritas seperti itu. Banyak mayoritas seperti itu, ditolak Allah sebelumnya. Setiap nabi telah disebut dan difatwakan kafir oleh masyarakat mayoritas di masanya. Ambil satu contoh jika ada nabi yang tidak difatwakan pen-dusta oleh mayoritas di zamannya. Sekarang-pun Islam tidak menduduki kedudukan mayoritas. Sekarangpun, mereka yang me-nentang Rasulullah Saw. dan memfatwakan beliau sebagai pendusta, menduduki mayoritas yang besar dibandingkan dengan mereka yang beriman kepada beliau. Jadi me-mutuskan dengan suara mayoritas, hendaklah Anda terlebih dahulu meninggalkan Islam baru menyerang Ahmadiyah, karena mayoritas masyarakat dunia menentang Islam. Bahkan golongan Atheis lebih besar dari Islam, dan paling tidak orang-orang Atheis bersatu dalam keyakinan mereka, sementara umat Islam tidak bersatu dalam keimanan mereka. Semua golongan Islam bertentangan satu sama lain secara diametrikal, sehingga jika satu golongan benar, golongan yang lain pasti salah, dan Anda telah berdusta, saya mohon maaf untuk mengatakannya, dengan menyebut mereka Muslim sepanjang zaman. Hanya dalam melakukan permusuhan dan peng-aniayaan terhadap Ahmadiyah, Anda duduk bersama melupakan semua perbedaanperbedaan kalian yang sangat fundamental, dan mengeluarkan fatwa bahwa semua orang adalah Muslim (kecuali Ahmadiyah). Siapa saja menyebut Abu Bakar Raisul Munafikin, juga Muslim. Siapa saja menyebut umat ini kafir sekafir-kafirnya, juga Muslim. Siapa saja yang percaya pada kekekalan Rasulullah Saw., juga Muslim. Siapa saja yang berkata bahwa mereka yang percaya kepada hal itu mereka kafir dan penyembah berhala, juga Muslim. Mereka yang ruku’ dan sujud di kuburan, juga Muslim dan mereka yang mengatakan bahwa itu sebenarnya adalah penyembahan berhala, juga Muslim.

Jadi, betapa indahnya agama Islam. Segala sesuatu boleh masuk dan semuanya dapat diterima, hingga yang saling bertentangan secara diametrikal dan berbeda secara fundamental. Jika itu yang dikatakan Islam, ia bukanlah agama; karena tidak memiliki kata hati; dan tidak memiliki rasa kemanusiaan. Jika seseorang itu memiliki jiwa kemanusiaan dan jujur, hendaklah ia bersikap jujur kepada diri-nya sendiri. Anda memiliki hak, tentu, untuk menyebut kami non-Muslim. Jika Anda yakin, tapi panggil juga yang lain sebagai non-Muslim, karena perbedaan mereka dengan Anda lebih besar dalam sensitifitas dan bobotnya, daripada perbedaan Anda dengan kami.

AMA, 26.07.00, A Question Answered, Darut Tabligh Islami Publication, P.O. Box 4195 Cape Town

Popular Posts

Tukeran Link

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons