Senin, 09 Januari 2012

Apa itu Ahmadiyah? Kesaksian seorang NU

Saudara-saudara, saya ingin membagi informasi tentang ajaran Ahmadiyah yang saya baca langsung dari kitab karangan pendirinya: Mirza Ghulam Ahmad (MGA). Kitab yang menj…adi rujukan saya adalah “al-khazain al-ruhiyah”, “al-mawahib al-rahman” yang merupakan terjemahan dari bahasa Urdu Ahmadiyah. Saya akan membagi pembahasan jadi dua, yaitu aja…ran-ajaran apa dari mereka yang sama dan ajaran-ajaran apa dari mereka yang berbeda.

Ajaran Ahmadiyah sama dgn mayoritas umat Islam dalam:

1. Agama mereka adalah Islam, syahadat mereka adalah La ilaaha illahu wa muhammad rasulullah. Penegasan agama Islam dan syahadat ini ditulis oleh Mirza Ghulam Ahmad di Juz 19 al-Khazain al-Ruhiyah-Kitab Mawahib al-Rahman. “Tidak masuk dlm Jemaat kami,kecuali yg memeluk Islam,mengikuti Kitab Allah,sunnah manusia terbaik (Muhammad saw).. dst (MGA). Maka tidak benar kalau menganggap Ahmadiyah adalah agama baru seperti Bahai, Sikh, dst. Ahmadiyah adalah nama ormas keagamaan bukan agama. Ahmadiyah seperti Muhammadiyah, atau NU, atau Persis, dll (nama ormas keagamaan bukan agama, bukan madzhab fiqh atau firqah).
Penegasan ini brasal dr pendirinya Mirza Ghulam Ahmad bahwa tidak seorang pun yang boleh masuk jemaat kami (#ahmadiyah) kecuali dia muslim. Penghakiman terhadap Ahmadiyah bersumber dari sas-sus, fitnah untuk tujuan di luar dakwah Islam, tpi soal kekuasaan. Saya telah mengunjungi dua masjid Ahmadiyah di London, yang pertama London Mosque (al-fadl) mesjid tertua di Inggris (thn 20-an) dan Baytul Futuh. Tidak benar kalau pengikut Ahmadiyah hajinya ke Qadian-India atau ke London, ini fitnah besar. Pengikut Ahmadiyah yg ke London atau ke Qadian untuk mengikuti “Jalsa Salanah” annual meeting ‘pertemuan tahunan’ di Indonesia pun ada.

2. Ahmadiyah percaya Muhammad SAW sebagai “Khatam al-Nabiyyin” (‘penutup nabi2′)-sprti ditegaskan oleh MGA dalam “Mir’ah Kamalat Islam”.

3. Ahmadiyah percaya tidak ada kitab suci selain al-Quran yang di dalamnya Kalam Ilahi, syariat sempurna & terakhir. Oleh karena itu, yg menuduh Ahmadiyah punya kitab suci selain al-Qur’an yang disebut-sebut tadzkirah adalah fitnah & dusta besar. Tadzkirah yang berasal dari ucapan, catatan, dan ilhamat Mirza Ghulam Ahmad dibukukan 27 tahun setelah MGA wafat bukan kitab suci Ahmadiyah.

4. Rukun Islam Ahmadiyah ada (5): syahadat, shalat, puasa, zakat & haji ke baitullah di Mekkah. Dlm ibadat Ahmadiyah ikut madzhab Hanafi.

5. Apa yg diharamkan oleh Allah & Rasul-Nya pengikut Ahmadiyah juga haramkan ini ditegaskan dalam kitab Nur al-Haqq

Kesimpulan, rukun Iman (6) dan rukun Islam (5) pengikuti Ahmadiyah sama dengan mayoritas umat Islam sedunia.

Ahmadiyah shalat 5 waktu (bukan 3 waktu seperti Syiah) jumlah rakaat sama, bunyi adzan sama (kalau Syiah beda), dalam subuh tak ada qunut. Dalam shalat Ahmadiyah seperti Muhammadiyah tidak ada zikir setelah shalat, doanya tidak nyaring, tidak ada qunut, tidak ada shalawat di antara 2 khutbah. Koreksi untuk anda: (Ahmadiyah shalat 5 waktu (bukan 3 waktu seperti Syiah)…Syiah shalat 5 waktu juga, tapi dibagi menjadi Subuh, Zuhur dan Ashar, Magrib dan Isya. by Rachmat Setiawan)

1. Ahmadiyah percaya wahyu itu berlanjut, namun hanya “wahyu tabsyiri wal indzari” (wahyu dakwah) bukan “wahyu tasyrii” (wahyu syariat). Ahmadiyah percaya Mirza Ghulam Ahmad dapat wahyu, tapi isinya bukan syariat baru, tapi penegasan pada syariat Muhammad SAW. Apakah wahyu bisa diturunkan pada selain Nabi? Jawabnya bisa. Ibu Musa as dapat wahyu di surat al-qashash ayat 8. Selain Ibu Musa, Maryam menerima kalam dari malaikat (al Imran ayat 46), atau al-hawariyun –pengikut setia Isa (al-maidah ayat 112). Wa idz awhaytu ila al-hawariyyina an aminu bi wa bi rusuli – saat Kuwahyukan pada pengikut setia Isa,untuk beriman pada-Ku & RasulKu” (al-maidah 112).
Kesimpulan dari dalil-dalil tadi wahyu bisa diturunkan Allah pada selain Nabi, Ibu Musa, Maryam, pengikut Isa tapi bukan “wahyu syariat”. Benar Mirza Ghulam Ahmad mengaku menerima wahyu, tapi BUKAN WAHYU SYARIAT, wahyu itu tdk membatalkan syariat Muhammad SAW. Mohon anda baca kembali istilah wahyu ayat-ayat Qur’an yang diturunkan selain Nabi, atau bahkan pada tumbuhan dan binatang, tapi bukan wahyu syariat.

2. Ahmadiyah percaya semua nabi tubuhnya adalah manusia biasa, dan akan berakhir sprti manusia biasa (mati), dmikian jga Isa as. Yang membedakan Ahmadiyah dengan umat Islam yang lain yaitu, bagi ahmadiyah Isa telah wafat, tidak hidup jasmani-rohani nya di langit. Ahmadiyah dengan argumentasi nalar dan teks menolak bahwa saat ini Nabi Isa masih hidup, berada di langit, tubuh & ruhnya dan akan datang lagi. Ahmadiyah percaya Nabi Isa as, seperti nabi-nabi yang lain, tubuhnya manusia dan punya ajal, tubuh punya umur. Karena Ahmadiyah percaya nabi Isa telah wafat, maka mesias dan imam mahdi-ratu adil yg dijanjikan-adalah orang lain,bukan Nabi Isa yang wafat. Ahmadiyah percaya orang yang sudah wafat tidak akan kembali ke dunia ini, sprti halnya Nabi Isa as. Ia tidak akan kembali lagi ke dunia. Keyakinan Ahmadiyah ini lebih rasional dibanding kebanyakan umat Islam yang percaya Isa sebagai manusia masih hidup tubuhnya & berada di langit.
Dibanding Iman Syiah 12 Imam (yang ada di Iran) mereka percaya imam ke-12 yang ada di abad pertengahan masih hidup dan akan kembali ke dunia. Arti “rafa’a” dlm quran untuk Isa as, bukan Allah “mengangkat” jasad dan ruhnya ke langit, tapi “mengangkat derajatnya” (mulia).

3. Kalau bagi mayoritas umat Islam, mesias (al-masih) dan Imam Mahdi belum turun, bagi Ahmadiyah sudah turun yaitu Mirza Ghulam Ahmad. Dengan catatan keras: Mesias dan Imam Mahdi ini memperkuat syariat Muhammad SAW, tidak boleh menambah atau mengurangi sedikit pun. Karena nubuat2 ini harus diletakkan dalam doktrin bahwa Mesias itu adalah seorang nabi (tanpa syariat) yg memperkokoh syariat Muhammad saw.

Jadi meski Ahmadiyah percaya Mirza Ghulam Ahmad seorang nabi (Mesias) dan dapat wahyu, tapi TIDAK ADA SYARIAT BARU. Ibadat mereka sama dengan yang lain.
Banyak yang salah paham, dikiranya keyakinan Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi dan mendapat wahyu otomatis mengubah syariat Muhammad? Salah besar itu. Jangan menutup mata, bahwa keyakinan Ahmadiyah terhadap Mirza Ghulam Ahmad ada landasan teks dan rasional, mereka berhak untuk percaya.

Keyakinan Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi tidak mengubah syahadat, hanya diucapkan dlm bay’at unt masuk jemaat Ahmadiyah. Nama Mirza Ghulam Ahmad dan wahyunya tidak disebut dalam bacaan shalat, tidak pula di masjid-masjid Ahmadiyah. Foto Mi…rza Ghulam Ahmad dan penggantinya (khulafa’) memang dipasang di kantor2 Ahmadiyah tapi tidak di masjid. Di masjid-masjid Ahmadiyah hanya ada syahadat dan ayat-ayat al Quran, tidak ada foto Mirza Ghulam atau ucapan-ucapannya.

Anda yg mau mengetahui ajaran Ahmadiyah bacalah dari buku-buku aslinya bukan kutipan-kutipan dari musuh-musuh mereka :) 


Kesimpulan saya : rukun iman dan Islam Ahmadiyah sama dengan mayoritas Islam, bedanya Mesias & Imam Mahdi bagi mereka sudah datang, sedangkan bagi yang lain belum.
Ibadat Ahmadiyah sama dgn umat Islam yang lain, secara madzhab fiqh mereka ikut Imam Hanafi (Imam fiqh pertama dlm 4 Madzhab). Ada kaidah fiqh yang sering dikutip GusDur qawl al-mujtahidi ‘an khashmihi laa yu’khadz (pendapat mujtahid tentang lawannya tak bisa diambil). Oleh karena itu, pendapat MUI, FPI, FUI,HTI atau siapapun yg memusuhi Ahmadiyah tidak bisa diandalkan, karena mereka punya bias-permusuhan. Ada kaidah fiqh yang lain juga untuk tidak mudah menghakimi, “idra’uu al-syubhaat” (hindari perkara-perkara yang belum jelas).

Semoga saya dijauhkan dari keangkuhan menganggap diri bisa menghakimi orang lain dalam soal iman.

Saya telah melihat tata-cara ibadah Ahmadiyah sampai pemimpin tertinggi mereka yg dipanggil “hudhur”, masjid-masjid mereka, tidak ada perbedaan. Isi dari ‘Jalsah Salanah’ adalah ceramah-ceramah dan shalat tahajud, tidak ada ritual dan ibadat baru yang tidak dikenal Islam. Saya menyimpan foto-foto masjid-masjid Ahmadiyah di inggris dari luar hingga bagian dalam. Di luarnya ada kalimat syahadat dan di dalamnya ada ayat-ayat Qur’an. Tidak ada foto Mirza Ghulam dan kutipan kata-katanya di masjid-masjid Ahmadiyah, tidak ada kultus luar biasa padanya di jemaat #ahmadiyah.

Setiap masjid Ahmadiyah ada kalimat syahadat “Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah”, tidak benar ada tambahan Mirza Ghulam nabi Allah. Kalau ada yang bilang: syahadat Ahmadiyah itu beda, shalatnya beda, puasanya beda, zakatnya beda, hajinya beda: ini fitnah besar!

Orang Ahmadiyah dari Pakistan memang tidak bisa naik haji ke Mekkah, karena di paspor mereka dipaksa ditulis agama mereka Ahmadi bukan Islam. Orang-orang Ahmadiyah Pakistan kalau mau naik haji pakai paspor Inggris atau India yang tak cantumkan agama di paspor mereka.

Apakah mayoritas umat Islam di Indonesia memusuhi Ahmadiyah? Tidak benar, kalau benar mereka takkan hidup di sini sejak tahun 20-an. Benar kalau mayoritas umat Islam di Indonesia berbeda dalam beberapa poin ajaran dengan Ahmadiyah tapi berbeda bukan berarti memusuhi.

Namun hal yang berkaitan dgn ibadah-ibadah mahdlah, hal yang “al-ma’lum min al-din bi al-dlarurah”, Ahmadiyah sama dengan mayoritas umat Islam Indonesia. Perdebatan kelompok Islam yang lain dengan Ahmadiyah sudah terjadi sejak lama, tapi tindakan kekerasan ini fenomena baru. Saya sering ditanya kenapa Ahmadiyah sangat dibenci? Lalu saya balik Tanya, kenapa baru sekarang mereka dibenci? Mereka di Indonesia sejak tahun 20-an lhoo!

Saat ini, seolah-olah sudah jadi parameter-tapi tolol-yang mau dianggap Islamnya bener maka harus membenci dan membubarkan Ahmadiyah. Kalau itu dipakai, maka KH Hasyim Asy’ari pendiri NU bisa dituding Islamnya nggak bener , karena tidak pernah ada fatwa membubarkan Ahmadiyah.

Yang belum pernah shalat, masuk masjid Ahmadiyah atau baca kitab-kitabnya tolong jangan sok tahu dank oar-koar tentang Ahmadiyah, anda cuma nelan fitnah. Siapa yg bilang ini: kebohongan kalau diulang-ulang suatu saat akan jadi kebenaran. Inilah yg terjadi pada #ahmadiyah. Banyak bukti : saksi, rekaman video, foto FPI lakukan aksi-aksi kekerasan, divonis pun sudah. Tapi Ahmadiyah tidak pernah lakukan kekerasan.

Kata siapa orang Ahmadiyah tidak bisa shalat dengan muslim yang lain?Atau muslim yang lain dilarang shalat di masjid Ahmadiyah? Buktikan dulu. ‘ala kulli hal Ahmadiyah sudah ada zaman Hadlratu Syekh Hasyim Asy’ari, tidak ada fatwa bubarkan ahmadiyah, saya manut beliau. Kalau memang Ahmadiyah boleh dibubarkan, sudah bisa sejak zaman KH Hasyim Asy’ari atau KH Wahid Hasyim yang jadi Menteri Agama yang pertama.

Kalau ada orang NU yang mau bubarkan Ahmadiyah, berarti ia anggap dirinya lebih dari Hadlratu Syaikh Hasyim Asyari. Seharusnya Surya Darma Ali Menteri Agama sekarang mengikuti KH Wahid Hasyim Menteri Agama pertama yang melindungi Ahmadiyah. Kiai-kiai NU yg ikut2an mau bubarin Ahmadiyah itu kiai-kiai baru yang amalannya “kursi fulitik” bukan “ayat kursi” :) 


Pertanyaan yg harus dijawab, mengapa baru sekarang Ahmadiyah dimusuhi padahal mereka sudah ada di negeri ini sejak tahun 20-an? Kenapa baru Menteri Agama sekarang Surya Darma Ali yang mau bubarkan Ahmadiyah sementara Menteri Agama pertama KH Wahid Hasyim lindungi mereka? GusDur tegas membela Ahmadiyah sebagai hak konstitusional, sebagai warga-negara bukan sebagi ajaran. Jadi, sikapi Ahmadiyah sebagai warga-negara. Bagi anda yang tak setuju ajaran Ahmadiyah, tanamkan tasamuh (toleransi) sikapi mereka seperti GusDur menyikapinya sebagai warga-negara.

Anda kalau mau belajar NU, mau tahu NU ya ke GusDur, sanad beliau nyambung,msh bertemu KH Hasyim Asyari,KH Wahid Hasyim,KH Wahab, KH Bisyri. Ajaran, tafsir dan tradisi NU yg otoritatif menurut saya melalui #GusDur,yg punya darah,ideologi&karamah tokoh2 NU,tolong jgn sebut yg lain

Selama KH Hasyim Asy’ari, KH Wahid Hasyim, KH Wahab, KH Bisyri, dan KH Abdurrahman Wahid tidak berfatwa bubarkan Ahmadiyah saya pun tidak! GusDur pernah ditanya, Gus Ahmadiyah sesat karena ngaku terima wahyu Respon GusDur “gitu aja kok sesat, gimana Wahyu Sihombing”

Kesimpulan saya dr bacaan, amatan & pengalaman langsung, rukun Islam Ahmadiyah sama persis! Nama Mirza Ghulam Ahmad tidak disebut dalam syahadat atau shalat hanya dalam bay’at (ikrar masuk jemaat) Ahmadiyah. Orang mau yg masuk tarekat saja ada bay’at untuk taat pada Allah, Rasululullah, Syaikh Pendiri Tarekat dan Syaikh yang bai’at dia, begitu pula Ahmadiyah. Ahmadiyah tidak bisa dikafirkan karena mereka syahadat, shalat, puasa, berhaji, zakat, ikuti Qur’an & Sunnah Nabi. Mereka muslim. Sekali lagi anda yang tidak bisa terima ajaran Ahmadiyah (meskipun mayoritas sama) tasamuhlah (toleran) sikapi mrka sbgai warga-negara. Tak sedikit yang benci Ahmadiyah karena tidak tahu, seperti pepatah: al-nasu a’da’u ma jahilu (manusia cenderung memusuhi yang tak diketahuinya).

Informasi tentang Ahmadiyah yang dianggap kebenaran sebenarnya tak lebih kebohongan yang diulang-ulang. Sekian sekedar berbagi informasi tentang Ahmadiyah yang berasal dari bacaan, amatan dan pengalaman pribadi saya langsung berinteraksi dgn mereka.

Kalau ada yang sibuk ngurusin keyakinan Ahmadiyah, emang siapa Yang punya surga dan neraka? Kuu anfusakum wa ahlikum nara (jaga dirimu dan keluargamu dari neraka).

-Guntur Romli-

Penulis, Aktivis, dan Kurator di Komunitas Salihara, Jakarta

Cinta Rasul

Ini ada kisah menarik dari sebuah buku yang saya baca. Semoga menjadikan kita semakin mencintai Nabi Muhammad, Rosululloh saw.

Alloh huma sholi ala Muhammad wa ala alaihi Muhammad.
Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.
Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang. Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ.
Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya.
“Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.”

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat:
pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya;
kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.

Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.
“Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya.”

Kisah ini saya dengar dari Kiai Madura, D. Zawawi Imran, membuat bulu kuduk saya merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Alloh swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Alloh. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasululloh saw?

Diketik ulang dari buku “Rindu Rosul”, karangan Jalaluddin Rakhmat,
penerbit Rosda Bandung, hal 31-33.
cetakan pertama September 2001.

Ahmadiyah yang Dicerca dan Dipuja

Seorang mubaligh di Jakarta yang dalam ceramahnya sering mencerca Ahmadiyah (gerakan Islam yang dinilai sesat dan menyesatkan), suatu kali dalam satu diskusi – yang membahas perkembangan sains di Dunia Islam – memuji-muji almarhum Abdus Salam (1926-1996), pemenang Nobel Fisika tahun 1979. Sang da’i yang anti-Ahmadiyah itu mengatakan dunia Islam benar-benar tertolong dengan kehadiran Nobelis Abdus Salam sehingga perkembangan sains Islam yang sudah terputus selama lima abad seakan hidup lagi. 
 
Salam menjadi penerang sains Islam dan menjadi penggugah kaum muslimin untuk kembali meraih kejayaan di bidang sains yang pernah digengamnya pada abad ke ke-7 sampai ke-15. Harian Republika, yang merupakan corong masyarakat Islam di Indonesia, sering memuja Salam sebagai saintis Islam terbesar dan sebagai ilmuwan muslim pertama yang mendapatkan hadiah nobel paling bergengsi di bidang fisika atom di tengah terpuruknya sains Islam dalam lima abad terakhir.
Abdus Salam kelahiran Pakistan 29 Januari 1926 itu meraih gelar doktor fisika dalam usia 26 tahun dari universitas di Inggris, Cambridge University. Dalam waktu hanya lima tahun melakukan penelitian tentang gaya-gaya fundamental di alam raya, penemuan Salam ternyata mendapat penghargaan Nobel. 

Penemuannya dalam usia 31 tahun dianggap prestasi yang luar biasa. Salam dalam penelitiannya berhasil menemukan fakta sesungguhnya semua gaya yang ada di jagad raya – yaitu gaya gravitasi, elektromagnet, nuklir kuat, dan gaya nuklir lemah hakikatnya merupakan satu kesatuan.

Keseimbangan Ciptaan Alah


Seperti ditulis Prof Ahmad Baiquni (alm), Salam melandaskan penelitian fisikanya berdasarkan nash-nash Alqur’an, khususnya Surat Al-Mulk ayat 3 – tentang keseimbangan ciptaan Alah. Ketika jenasahnya akan dimakamkan di Pakistan, PM Benazir Ali Bhutto menganugerahkan penghargaan tertinggi kepada Salam sebagai Putera dan pahlawan terbaik Pakistan. “Salam bukan sekadar
kebanggan Pakistan, tapi juga dunia,” kata Benazir dalam pidato pemakaman Salam.

Siapa sebenarnya Prof Dr Abdus Salam? Dia adalah pengikut Ahmadiyah Qodiani – sebuah aliran yang oleh MUI dan mayoritas Islam di dunia – dianggap sesat dan menyesatkan. Sebelum pemerintahan Benazir, Salam diusir dari Pakistan dan dilarang menginjakkan kakinya di Tanah Suci Makkah. Semasa hidupnya Salam sering jadi objek caci maki rakyat Pakistan dan Timur Tengah karena ke-Ahmadiyah-annya. 

Tapi di akhir hayatnya, – Salam justru dianggap Putra dan pahlawan Pakistan. Seperti kebanggaan da’i di Jakarta, dan orang yang memaki-maki Salam kini berbalik menjadi pemujanya yang fanatik. Dari gambaran itu, kita jadi aneh bila melihat sahabat-sahabat kita di Bogor yang dengan membabi buta menghancurkan kampus Ahmadiyah. Lebih ironis lagi, para penghancur ini sebagian mengaku orang (Lembaga Penelitan dan Pengkajian Islam). 

Bila dilihat namanya, LPPI mestinya lembaga kritis, berwawasan inklusif, dan toleran akan perbedaan pendapat dalam Islam. Bukankah hadis Nabi sendiri menyatakan perbedaan pendapat di antara umatku adalah rahmat?

Tetap Membaca Syahadatain


Perbedaan paham antara Ahmadiyah dan Ahli Sunnah tak ada yang prinsipil. Jika kaum Ahmadiyah mengaku ada nabi setelah Muhammad dan wahyu tetap diturunkan kepada seorang nabi sampai sekarang, tidak prinsipil. Kata nabi berasal dari kata naba’a – artinya pemberi kabar (dari langit).
sampai hari ini pun banyak ulama atau kaum sufi yang karena kesucian dan kezuhudannya sering mendapat berita langit? Lantas, nabikah dia?


Kaum Islam mayoritas mungkin menyebutnya wali atau ayatullah dalam Syiah! Lagi-lagi, masalah ini sebenarnya tidak perlu menimbulkan fitnah dan pengrusakan. Bukankah tokoh yang disebut-sebut nabi dalam Ahmadiyah Qodiani masih tetap membaca Syahadatain, bahwa Tidak Ada Tuhan Kecuali Allah dan Muhammad adalah Utusannya?

Perbedaan ketiga yang sebenarnya kurang prinsip adalah kata “khatamun nabibyyin” – bahwa Muhammad adalah nabi yang sempurna. Para mufassir dan ulama di Indonesia menterjemahkannya 

“Muhammad nabi yang sempurna” karena itu Muhammad merupakan nabi terakhir.
Saudara kita di Ahmadiyah menerjemahkan khatamun nabiyyin nabi yang sempurna tapi tidak yang terakhir. Menurut Ahmadiyah, masih ada nabi setelah Nabi Muhammad, tapi tidak sesempurna Muhammad. Sejauh ini kaum Ahmadiyah tak pernah berpendapat untuk menduakan Allah (musyrik) dan menolak Kerasulan Muhammad. Karena itu, jauh lebih baik jika umat Islam mayoritas merangkul umat Islam minoritas Ahmadiyah ketimbang menjadikannya musuh yang harus dihancurkan. 

Apalagi peran kaum Ahmadiyah dalam menyebarkan Islam sangat besar. Sebagian besar buku-buku Islam yang diterbitkan di Barat dan kemudian membawa orang Barat simpati kepada Islam ditulis oleh orang Ahmadiyah. Di berbagai wilayah di Indonesia – kecuali di Parung, Bogor – hubungan antara muslim Ahmadiyah dan muslim mayoritas Indonesia (NU dan Muhammadiyah) baik-baik saja. 

Oleh KH Ma’mur Noor
Penulis adalah anggota Komisi VIII DPR

Popular Posts

Tukeran Link

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons