Senin, 06 Februari 2012

Email Imajiner untuk Gus Dur

Gus, andai panjenengan masih hidup aku harap tidak ada air mata, kegalauan dan kegusaran melihat situasi sekarang. Kami mampu menyelesaikan urusan saat ini.

from: aku@duniasaatini.com
to: gusdur@syurga
date: Fri, Dec 30, 2011 at 1:51 PM
subject: Email Imajiner untuk Gus Dur
mailed-by: duniasaatini.com

Untuk Almaghfiroh Gus Dur, nyuwun sewu bila aku lancang membangun keasyikan panjenangan bercengkerama dengan Gusti Allah di alam barzah. Gus, aku mau mengadu tentang negerimu yang makin semrawut ini.

Gus, sehari lalu tempat pengajian ummat Syiah di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang Madura. Warga syiah diusir dari rumah tinggalnya. Kenapa ini terjadi Gus? Keberadaan pemimpin negeri ini seperti tidak adanya.

Gus, natalan kemarin juga jadi cerita pilu bagi warga GKI Yasmin Bogor. Mereka tak bisa merayakan natal karena gereja masih digembok sama walikota Bogor. Kenapa ini terjadi Gus? Keberadaan pemimpin negeri ini seperti tidak adanya.

Gus, 24 Desember lalu juga terjadi pembunuhan rakyat Bima dalam konflik agraria. Kenapa ini terjadi Gus? Keberadaan pemimpin negeri ini seperti tidak adanya.

Gus, enam bulan silam juga terjadi konflik tanah di Mesuji yang menewaskan ummat kita. Kenapa ini terjadi Gus? Keberadaan pemimpin negeri ini seperti tidak adanya.

Gus, aku capek kalau harus membuat daftar kasus-kasus negeri ini. Aku tak akan sanggup menuliskannya. Bahkan hingga tangan dan otak ini lemot, tak akan bisa menjelaskannya. Terlalu banyak kasus yang tak jelas akhir ceritanya.

Gus, panjenangan mengajarkan tentang mencintai Indonesia dengan segala keragamannya, mengutamakan kepentingan yang lebih besar, namun tetap memberikan perhatian dan empati yang mendalam kepada para pihak yang dianggap kecil dan tertindas. Namun ajaran panjenangan ini tak laku Gus. orang lebih senang main pokrol, main kayu, main besi dengan kekuasaannya yang menindas.

Gus, panjenangan mengajarkan Islam yang inklusif. Islam yang dipegang teguh sampai mati tapi saat yang sama menyantuni orang yang berbeda keyakinan. Namun ajaran panjenangan itu tak laku Gus. Orang lebih suka membunuh orang yang berkeyakinan lain, yang berbeda cara berdoanya, beda amalan fiqhnya ketimbang menghormati manusia dan kemanusiaan ciptaan Gusti Allah itu.

Gus, panjenangan mengajarkan agar belajar Islam bukan cuma syariatnya. Bukan cuma huruf hijaiyah dan kisah heroik dalam dongeng Al Qur'an Hadits tapi pada makna dan latar tiap ayat. Namun ajaran panjenengan itu tak laku Gus. Banyak kaum kita yang lebih suka mengafirkan orang lain. Sementara tak pernah ada cerita mengafirkan diri sendiri. Pikiran kotor tak pernah disadari.

Gus, panjenangan mengajarkan jangan mudah terbujuk angkara murka dunia. Mudah iri dengki melihat kesuksesan orang lain. Namun ajaran panjenangan tak laku Gus. Banyak kaum kita yang gelap mata, gelap hati dan merusak hati dan pikiran sendiri.

Gus, panjenangan mengajarkan kalau yang namanya kesalehan itu diukur oleh kejernihan hati karena ilmu yang mendalam.  Tapi betapa beratnya menjadi thariqat, ma'rifat dan hakihat dalam satu unsur senyawa yang sama. Namun ajaran panjenangan tak laku karena kesalehan itu diukur oleh sorban, gamis putih dan berdoa dengan toa secara keras.

Gus, di akhir surat ini aku mau tanya. Panjenangan sering bicara kalau kita harus berdekatan dengan Gusti Allah: bercengkerama dengan Gusti Allah siang dan malam dengan segala tirakat, riyadhoh, zikir dan pujian, maka hidup akan tenteram. Dengan begitu, kata panjenengan, hidup jadi sabar dan narimo walau pas-pasan.

Panjenangan bilang kalau Gusti Allah bakal mengangkat derajat kita di akhirat kalau selama hidup berbuat baik, meski hidup sengsara secara fisik namun mulia derajat di sisi Allah. Apa semua itu bener Gus sudah panjenangan alami sendiri?

Gus, kami rindu uraianmu, pandangan-pandanganmu tentang dunia santri dan kiai, tentang membumikan ajaran Islam, tentang demokrasi, tentang negara Pancasila, tentang keberagaman agama, tentang kemanusiaan secara luas. Juga guyonanmu yang melecut isi kepala.

Gus, andai panjenengan masih hidup aku harap tidak ada air mata, kegalauan dan kegusaran melihat situasi sekarang. Kami mampu menyelesaikan urusan saat ini. Tangan bergandengan lebih mudah membereskan pekerjaan rumah ketimbang dua tangan.
Gus, salam untuk Gusti Allah, malaikat dan penghuni surga...


JAI : Dunia Melihat Indonesia

Dunia akan melihat sejauh mana bangsa Indonesia mampu menuntaskan tragedi Cikeusik, Banten, yang menewaskan tiga pengikut Ahmadiyah.

Sudah setahun sejak kediaman jemaat Ahmadiyah di Cikeusik, diserbu ribuan orang dari berbagai daerah, nasib dari warga Ahmadiyah masih terlunta-lunta.

Para penyerang membakar rumah dan kendaraan milik warga Ahmadiyah Cikeusik di depan hidung aparat kepolisian setempat.

Seusai tragedi keji itu, justru bukan empati kepada para korban dan mencari solusi damai, namun isu yang mencuat adalah soal ajaran sesat, melanggar kesepakatan dengan MUI dan pemerintah, pengusiran, dan sejenisnya.

Ketika itu, sejumlah warga Ahmadiyah dianiaya sampai mati, lima orang korban selamat kini mengalami cacat permanen.

Namun, tidak ada efek jera untuk para pelaku, sebanyak 12 orang terdakwa penyerangan ini telah diadili di Pengadilan Negeri Banten dan divonis antara tiga hingga enam bulan.

Para penegak hukum juga menyeret salah seorang korban, Deden Sudjana, ke meja hijau. Deden divonis enam bulan karena menolak mematuhi perintah polisi untuk meninggalkan lokasi.

Saat dimintai tanggapannya, Humas Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Mubarik Ahmad, mengatakan sudah setahun lalu tragedi berlangsung tapi tidak ada penyelesaian yang jelaa.

"Para pelaku dihukum maksimal enam bulan meski ada tiga warga negara Indonesia yang meninggal dunia. Bagaimana pertanggungjawaban negara terhadap para korban?" kata Mubarik kepada Beritasatu.com, Senin (6/2).

Firdaus mengatakan banyak sekali bukti-bukti lanjutan yang bisa mengarah pada tersangka-tersangka baru tetapi tidak ditindaklanjuti.

Saat ini sekitar 25 warga Ahmadiyah dari Cikeusik tidak bisa pulang ke rumah karena mereka diusir dari kampung halaman mereka sendiri.

"Beberapa warga yang mencoba pulang justru didatangi polisi dan diminta untuk menandatangani perjanjian mereka keluar dari Ahmadiyah," kata Mubarik.

Warga Cikeusik itu kini menumpang hidup dengan di rumah beberapa pengikut Ahmadiyah di Jakarta dan mendapatkan pendampingan dari simpatisan dan kalangan LSM maupun tokoh pegiat HAM seperti Adnan Buyung Nasution.

"Kemampuan kami terbatas. Jadi langkah moral dengan peringatan satu tahun tragedi Cikeusik ini dapat menggugah kesadaran semua pihak atas hal ini," jelasnya.

Mubarik mengingatkan, tragedi ini disorot dunia internasional. Apalagi Tim Advokasi JAI dan koalisi LSM pegiat HAM juga telah melaporkan tragedi Cikeusik ini ke Dewan HAM PBB.

"Kita tunggu hasilnya. Sebab, dunia sekarang melihat kita bagaimana kita mampu menyelesaikan peristiwa tidak beradab ini." pungkas dia.



Komnas HAM: 25 Warga Ahmadiyah Cikeusik Tanggung Jawab Negara

Foto yang diambil dari vidio memperlihatkan kelompok massa saat terjadi penyerangan terhadap warga Ahmadiyah di Cikeusik Pandeglang, Banten pada tanggal 6 Februari 2011. FOTO : AFP

Potensi peristiwa Cikeusik dapat terulang lagi di tempat lain karena belum adanya penyelesaian dari pemerintah.


Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) meminta aparat negara untuk memastikan 25 warga Ahmadiyah Cikeusik dapat kembali ke kampung halamannya. Pasalnya, setiap orang bebas untuk memilih tempat tinggal maupun berpindah tempat.

"Kalau masih ada orang yang tidak dapat tinggal di mana dia mau. Itu kembali lagi ke tanggung jawab negara," kata Wakil Ketua Komnas HAM Nurkholis di Jakarta hari ini..

Menurut Nurkholis, Komnas HAM dengan dengan kewenangannya akan mendorong fungsi pemerintah yang netral untuk menyelesaikan konflik ahmadiyah di Cikeusik tersebut,

Ditegaskan Nurkholis, perbedaan penafsiran agama dapat diselesaikan di dalam ranah dialog. "Beberapa bulan setelah kejadian Cikeusik memang ada dialog. Tapi dari Ahmadiyah menolak karena menilai pemerintah tidak netral," ungkap dia.

Nurkholis menyebut potensi peristiwa Cikeusik dapat terulang lagi di tempat lain karena belum adanya penyelesaian dari pemerintah. Oleh sebab itu, Komnas HAM meminta Kepolisian menjamin keamanan warga negara dan Kementerian Agama untuk menjembatani perbedaan yang ada.

Popular Posts

Tukeran Link

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons