Minggu, 12 Februari 2012

PIDATO MLN USMAN ANAS PADA JALSAH SALANAH BALI-NUSRA TANGGAL 10-12 FEBRUARI 2012 (bag I)


RASULULLOH SAW SEBAGAI KHOOTAMANNABIYYIIN

 Bapak-bapak dan ibu-ibu, serta semua peserta jalsah Wilayah Bali-Nusra yang berbahagia.
Assalamu alaikum wr.wb.
Alhamdulillah wa syukrillah, dengan karunia dan rahmat dari Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, pada hari ini kita semua diberi taufik olehNya untuk dapat menghadiri JALSAH WILAYAH BALI-NUSRA yang ke sekian kalinya di aula hotel yang ramah ini. Semoga setiap derap langkah kita menuju tempat ini diberkati olehNya dan mendapat ganjaran yang berlipat ganda. Amin.
Dalam pertemuan yang penuh berkat ini saya yang amat lemah ini mendapat karunia dan diserahi tugas oleh panitia Jalsah untuk menyampaikan ceramah yang temanya adalah RASULULLOH SAW SEBAGAI KHOOTAMANNABIYYIIN.

Bila kita memperhatikan sejarah kehidupan Rasululloh saw., maka selain makam khotamannabiyyin, ada makom-makom lain yang dianugerhkan kepada beliau oleh Alloh swt sebagai bukti keagungan, keluhuran, keistimewaan dan keunggulan beliau dari jajaran semua nabi-nabi dan rasul lainnya yang pernah diutus oleh Alloh swt di tengah-tengah suatu kaum dan bangsa di muka bumi di setiap zaman tertentu.
Sebagai misal, beliau mendapat gelar sebagai ALAMIN yakni wujud yang paling jujur yang pernah ada sejak langit dan bumi diciptakan. Begitu juga beliau digelari oleh Alloh swt dengan seorang wujud  yang memiliki akhlak YANG AGUNG sebagaimana firmanNya dalam alQuranul Karim:WAINNAKA LA’ALA KHULUQIN ‘AZHIIM.
Artinya: Wahai Muhammad engkau adalah wujud yang memiliki akhlak yang AGUNG.

Di dalam hadits Qudsi juga Alloh swt menyebut mengenai keutamaan Rasululloh saw. dari mahluk-mahluk lainnya, firmanNya:
LOULAAKA LAMAA KHOLAQTUL AFLAAQ
Artinya: Kalau bukan karena engkau hai Muhammad Aku tidak akan ciptakan langit dan bumi ini.

Kemudian pada peristiwa Mi’raj Rasululloh saw dari masjidil Haram ke Sidratul Muntaha disana Alloh memperlihatkan keunggulan dan ketinggian derajat rasululloh saw bila dibandingkan dengan semua nabi-nabi lainnya. Dalam peristiwa itu digambarkan bahwa semua nabi-nabi lainnya hanya mencapai langit yang ke tujuh dari ketinggian derajat rohani dan qurub Ilahi mereka,akan tetapi Rasululloh saw melampaui langit rohani yang ke tujuh dan sampai di Sidratul Muntaha dan mencapai qurub Ilahi sedemikian rupa dekatnya sampai menyatu dan melebur dengan wujud Alloh swt. Makom inilah yang difirmankan ALLOH dalam surah Annajem ayat: 8 - 9
TSUMMA DANAA FATADALLAA FAKAANA QOOBA QAUSAINI AU ADNAA.
Yang artinya: Kemudian ia (Rasululloh) mendekat (kehdapan Alloh), maka Alloh pun turun seraya mendekati rasululloh,maka terjadilah pertemuan dan penyatuan serta peleburan secara ruhani, saking dekatnya pertemuan itu maka ia seibarat dua anak panah yang dipersatukan. (Terjemah bebas)

Beberapa contoh di atas menggambarkan KEUTAMAAN DAN KETINGGIAN RASULULLOH SAW dari para nabi dan rosul semuanya.
Merujuk kepada contoh-contoh di atas saya ingin mengatakan kepada hadirin dan hdirat sekalian yang sedang menyimak uraian ini bahwa gelar KHOOTAMANNABIYYIIN yang disandang oleh rasululloh saw juga mengisyaratkan betapa tinggi dan luhurnya kedudukan rasululloh saw di pandangan Alloh swt

Sesuai dengan judul ceramah ini ya’ni RASULULLOH SEBAGAI KHOOTAMANNABIYYIIN, marilah kita simak pembahasan topik ini dengan mengacu kepada firman Alloh swt yang terdapat dalam surah Alahzab ayat 40:
MAA KAANA MUHAMMADUN ABAA AHADIM MIRRIJAALIKUM WALAAKIN RASUULALLOOHI WAKHOOTAMANNABIYYIIN.
Yang artinya, Muhammad itu bukanlah bapak dari salah seorang dari antara kamu melainkan rasul Alloh dan khootamannabiyyiin.
Mengenai makna khotamannabiyyin ada dua pengertian yang mengemuka dikalangan para ulama Islam dewasa ini.
1.  Yang memiliki pemahaman bahwa kata khotam selain artinya penutup ada arti arti lain sesuai dengan konteks kalimatnya dan kedudukannya dalam suatu kalimat tertentu. Pendapat ini adalah dipegang oleh sahabat-sahabat nabi dan para  alim ulama terdahulu seperti  Hz. Aisyah r.a. dan rasululloh saw sendiri.
2.  Yang memiliki pemahaman bahwa kata khotam hanya memiliki arti penutup saja. Pemahaman ini hanya dimiliki oleh ulama masa kini dan kaum muslimin yang mendapat didikan dari mereka
Sebagaimana semua sahabat nabi dan para ulama Islam meyakini bahwa rasululloh saw adalah Khootamannabiyyiin maka pendiri jemaat Ahmadiyh Hz. Misza Ghulam Ahmad as juga meyakini rasululloh saw sebagai khootamannabiyyiin. Marilah kita simak penyataan-pernyataan beliau, diantaranya:
1. Fitnah yang dilontarkan kepadaku dan jemaatku adalah bahwa kami tidak meyakini bahwa Rasululloh saw sebagai khootamannabiyyiin adalah suatu kedustaan yang besar terhadap kami. Dengan keteguhan iman, ma’rifat dan bashirat kami meyakini bahwa Rasululloh saw sebagai khotamannabiyyin...(Alhakam 7 Maret 1905).
2. Di dalam Al-Quran Alloh swt memberikan gelar kepada Rasululloh saw.KHOOTAMANNABIYYIN, kemudian di dalam sabdanya Rasululloh saw menyatakan LAA NABIY YA BA’DI. Alloh swt telah menetapkan bahwa sesudah beliau tidak akan datang nabi dari segi ma’na hakiki. (Kitab Bariyyah, Hal. 185).
3. Sesungguhnya nabi kita adalah Khotamal Anbiya yang tidak ada nabi sesudahnya kecuali yang disinari dengan sinarnya dan penzhahirannya merupakan penzhahiran dari bayangan Rasululloh saw. (Al-istifta, Hal. 22), 1907).
4. Alloh mencintai orang yang menjadikan al-Quran sebagai pedoman hidupnya yang harus diamalkan dan meyakini bahwa nabiNya Muhammad saw adalah Khotamal Anbiya. (Casmah Ma’rifat , Hal.324, 1908).
5. Tuduhan yang dilontarkan kepadaku adalah bahwasanya aku seolah-olah menda’wakan kenabiyan sedemikian rupa seperti aku tidak ada sangkut pautnya dengan Islam, artinya aku menganggap diriku sebagai nabi yang terpisah sehingga tidak perlu lagi mengikuti al-Quran, membuat kalimah dan kiblat sendiri menyatakan syariat Islam mansukh dan tidak mentaati Rasululloh saw. Tuduhan ini sama sekali tidak benar, bahkan penda’waan seperti itu menurut hematku adalah sebuah pengingkaran. Aku menyatakan bahwa diriku adalah nabi berdasarkan karunia yang dianugrahkan Tuhan dimana aku dapat bercakap-cakap denganNya. Dia sangat sering berbicara dengan menurunkan kalamNya kepadaku, menjawab kata-kataku, dan banyak sekali memperlihatkan hal-hal gaib, membukakan tabir rahasia-rahasia masa yang akan datang dimana manusia seumumnya tidak mendapatkan kedekatan yang khususus ini denganNya, Kepada yang lain Dia tidak membukakan rahasia-rahasia itu. Oleh sebab inilah Dia menamaiku nabi dalam arti nabi ummati (nabi pengikut) supaya nubuatan jungjungan kita nabi Muhammad saw bahwa Isa yang akan datang itu dari umat beliau dan bergelar nabi menjadi sempurna. Kalau tidak, harapan hampa serta khayalan kosong akan menguasai manusia berkenaan dengan kedatangan nabi Isa as, bagaimana bisa beliau menjadi ummati. Apakah setelah turun dari langit ia  akan masuk Islam, lalu sejak itu nabi kita tidak lagi menjadi Khotamannabiyyin? (Surat kabar Lahore, 26 Mei 1908).
Berdasarkan pernyataan-pernyataan beliau tersebut, maka Jemaat Ahmadiyah dalam memahami dan menginterpretasikan topik di atas tetap berada dalam koridor Islam yakni berdasarkan AlQuran suci dan sabda-sabda Rasululloh saw dan para ulama mutaqoddimin dengan didukung oleh pemahaman bahasa Arab baik geramatikal maupun kesusastraannya ketika membahas masalah kedatangan Mahdi dan Masih yang dijanjikan dari kalangan umat beliau saw yang dianugerahi gelar kenabian yaitu nabi ummati Rasululloh saw.
Latar Belakang Turunnya Ayat:
Ayat ini diturunkan pada tahun kelima Hijrah dengan latar belakang menjawab tuduhan dan ejekan bahwa Rasululloh saw adalah abtar (seorang yang tidak memiliki  anak laki-laki dewasa/rijal). Dan kedua adalah pernikahan beliau dengan siti Zainab ra yang merupakan janda dari Zaid ibnu Harits ra, seorang pemuda yang dimerdekakan Rasululloh dan kemudian diambil sebagai putera angkat beliau.
Di Mekah pada waktu itu semua putra Rasululloh saw telah meninggal dunia semasa masih kanak-kanak. Musuh-musuh beliau mengejeknya sebagai abtar yang maksudnya tidak memiliki pelanjut yang akan melestarikan nama beliau. Mereka fikir cepat atau lambat Islam akan berakhir dengan satu kesudahan (bahrul muhit). Alloh swt menjawab secara tegas ejekan mereka seperti tertuang dalam surah al-Kautsar dimana Rasululloh saw bukanlah seorang yang tidak berketurunan melainkan merekalah yang tidak berketurunan..(Dikutif dari tulisan mln Qomarudin Sy dan Dendi Ahmad Daud Yang di Posting di milis Muballighin).

lamjut baca ke: PIDATO MLN USMAN ANAS PADA JALSAH SALANAH BALI-NUSRA TANGGAL 10-12 FEBRUARI 2012 (bag II)

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Tukeran Link

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons